Subang, Jawa Barat, EDITOR.ID – Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL), Badan Geologi Kementerian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menganalisis — menyatakan semburan api yang terjadi di KM 86 B di belakang parkir Rest Area Tol Cikampek – Palimanan (Cipali) di Kabupaten Subang, pada Rabu – Kamis, (26-27/4/2023) Jawa Barat adalah gas rawa istilah keilmuan dikakatan gas Biogenik atau Methan (CH4).
Fenomena geologi yang umum. gas Biogenik yang keluar semburan api berupa gas methan yang merembes dari kantong-kantong gas biogenik yang terbentuk dari bekas rawa-rawa atau sungai purba.
Sumur minyak dan gas dari proses pengeboran yang tidak tuntas atau dari kawasan Cekungan bisa memicu semburan api dari lumpur yang keluar dari dalam lapisan tanah.
Semburan dipastikan dari gas biogenik atau gas methan (CH4), namun kalau melihat tingginya semburan disertai lumpur mungkin ada pemicu lain dari sumur bor.
Kemungkinan lain sumur bor itu dari proses pengeboran yang tidak tuntas atau dari kawasan Cekungan yang kaya migas perlu adanya kajian untuk memastikannya.
Semburan gas di area rawa lebih tepat disebut rembesan gas rawa, hsl itu sudah sering terjadi di sawah penduduk di berbagai daerah di Indonesia.
Gas biogenik sangat akrab dengan kehidupan manusia karena sangat umum ditemukan dimana saja di permukaan bumi itu. Umumnya tidak berbau, mudah terbakar, dan bertekanan rendah.
Proses terbentuknya gas Biogenik
Schoell (1988) menyebut ada tiga proses utama terbentuknya gas biogenik yakni proses fermentasi bakteri anaerobik pada sampah, kotoran ternak atau sejenisnya (biogas methan/biomasa).
Proses lainnya, proses fermentasi bakteri asetat pada lapisan sedimen yang kaya zat organik (gas charged sediment), dan proses reduksi CO2 oleh bakteri dari batuan vulkanik atau magmatik.
Sejak 1990, penelitian ESDM mengklaim telah menemukan sumber-sumber gas biogenik yang cukup signifikan dan terperangkap pada lapisan sedimen laut dangkal Holocene (berumur kurang dari 10.000 tahun yang lalu.
Pada umumnya, gas biogenik yang ditemukan pada sumur-sumur penduduk di kawasan pesisir ataupun dari lubang bor dangkal memperlihatkan bahwa tekanan gas ini relatif rendah (2-3 Kg/m2) dan merupakan aliran rembesan gas melalui pori-pori atau rekahan tanah.
Ketika ditemukan kemunculan rembesan gas Biogenik yang bertekanan tinggi dan menyemburkan api, air atau lumpur maka di perlukan kajian tentang adanya kemungkinan tekanan tambahan sebagai pemicu naiknya tekanan gas.
Kajian sangat penting karena banyak dijumpai bahwa rembesan/semburan gas biogenik ini terjadi di sekitar sumur-sumur pengeboran migas.