EDITOR.ID, Jember, – Terjadi interaksi simbolik yang tidak lazim saat momen akhir acara debat kandidat Cabup-Cawabup Jember yang berlangsung di salah satu stasiun televisi swasta pada Minggu, 15 November 2020 malam.
Seketika acara berakhir, Cabup Hendy Siswanto coba mengulurkan tangan untuk mengajak berjabat tangan Cabup Faida, namun ditolak. Lantas, Hendy masih berupaya dengan cara lain meminta ‘tos’, tapi itupun juga tidak disambut oleh Faida.
Hendy dan Cawabupnya KH Mohamad Balya Firjaun Barlaman atau Gus Firjaun kemudian berjabat tangan dengan Cabup Abdus Salam serta Cawabup Ifan Ariadna Wijaya maupun Cawabup pasangannya Faida, Dwi Arya Nurgraha Oktavianto atau Vian.
Interaksi berbeda, Faida hanya melakukan tos dengan Cabup Salam. Sedangkan, kandidat yang lain tidak diperlakukan seperti itu. Sehingga, suasana keakraban dari gestur para calon tidak berlangsung sempurna untuk sekadar meredakan ketegangan usai perdebatan sengit selama 90 menit.
Sebelumnya, debat yang bertemakan kesejahteraan ditengah pandemi COVID-19 awalnya berjalan datar-datar saja. Mereka hanya menjawab pertanyaan dari panelis yang dipilih KPU dalam bentuk komunikasi searah.
Kontras situasinya kala sesi tanya jawab spontan yang membuat para kandidat berusaha keras mempertahankan gagasan, bermain retorika, kritis untuk bertanya, dan menyanggah sebagai balasan dari serangan pertanyaan lawan bicara.
Faida – Vian mendapat giliran awal sebagai Paslon nomor 1 untuk membuka debat. Isu tambang emas Silo ditanyakan kepada Paslon nomor 2, Hendy – Gus Firjaun. “Apakah saudara setuju pembatalan ijin tambang Silo?,†tanya Faida.
Kandidat petahana itu mengajukan pertanyaan penanganan bidang pertanian ke Paslon nomor 3, Salam – Ifan. “Apa strategi sektor pertanian ditengah keterbatasan lahan?,†kata Vian.
Hendy menimpali, juga menolak aktivitas pertambangan ke pegunungan yang berada di ujung paling timur wilayah Jember itu. Gus Firjaun menguatkan, bahwa prinsip kebijakan menghindari kerusakan alam. “Harus berorientasi pada kemaslahatan umat. Pasti ada alternatif lain,†tutur Gus Firjaun.
Salam balik mengkritik sebelum langsung menjawab. Menurutnya, petani sulit memperoleh pupuk, dan harga jual hasil panen rendah. “Mulai kecil saya bertani. Harusnya ada BUMD menyediakan pupuk (saat langka), perlu terobosan,†dalihnya.
Lahan Produktif Tidak Bisa Diutak Atik
Ifan menambahkan, jalan keluarnya membuat Perda tentang lahan pertanian abadi serta memprioritaskan anggaran yang tidak pernah dilakukan petahana. “Lahan produktif tidak bisa diutak-atik benar-benar diproteksi,†papar dia.
Hendy memakai hasil audit BPK berupa penilaian disclaimer dan kajian ombudsman untuk dasar mengkritik Faida. “Jember penilaian terburuk dari BPK RI, pelayanan publik ketiga terburuk di Jatim. Serapan anggaran rendah, siapa yang bertanggung jawab?,†katanya.