Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga pernah mengajukan judicial review bersama 50-an akademisi lain terkait pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta IKN (Ibu Kota Negara).
Yang paling terkenang adalah ketika harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dinaikan oleh pemerintah pada pertengahan tahun ini. Ketika itu Azyumardi menjadi salah satu yang menolak adanya kenaikan BBM. Bahkan, ia sempat menjawab satu pertanyaan terkait pihak yang paling diuntungkan dari kebijakan kenaikan BBM itu adalah korporasi besar.
Azyumardi Azra yang sempat duduk sebagai Ketua Dewan Pers adalah sosok cendekiawan yang memiliki kepedulian kepada masyarakat. Sehingga, kepulangannya menjadi satu hal yang diperihatinkan banyak orang.
“Dalam aksi kolektif kalangan intelektual organik, yang langka terjadi di negeri ini, saya menyaksikan sendiri kritisnya Azyumardi. Maka, kepergiannya jelas merupakan kehilangan besar bagi rakyat, bangsa, dan negara,” ungkap Didin S Damanhuri, salah satu yang menyumbangkan tulisan dalam buku tersebut.
“Bahkan ada yang berpendapat, akan sulit mencari pengganti Azyumardi, sosok yang sangat gigih dan mumpuni dalam membela kepentingan rakyat dan bangsa,” demikian Didin menambahkan. (tim)