Namun belum lama ini Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut PB Djarum melakukan eksploitasi anak. Hal ini menjadi alasan bagi PB Djarum untuk menghentikan audisi pencarian pebulutangkis belia berbakat mulai tahun 2020.
Sebelumnya, KPAI meminta untuk tidak menampilkan logo Djarum di kegiatan audisi serta mengganti nama kegiatan. PB Djarum menyanggupi, dengan mengganti nama “Djarum” menjadi “Audisi Umum” dan juga tidak menampilkan logo Djarum. Akan tetapi, KPAI mengalihkan permintaan menjadi penghentian kegiatan PB Djarum.
Michael Bambang Hartono menanggapi hal ini dengan santai. “Nah itu, yaudahlah susah. Mereka tidak sejalan dengan cara berpikir kami. Aneh. Udah gak bisa diajak ngomong. Yaudah saya kembalikan saja kepada mereka untuk membina. Tapi giliran digituin, mereka kalang kabut, berantakan,” ujarnya sebagaimana dilansir dari CNBC.
Medali Brigde dan Latih Bibit Sepak Bola ke Italia
Olah raga brigde adalah permainan yang paling digandrungi Michael Bambang Hartono. Hal ini membawanya menjadi atlet tertua di Asian Games 2018 dan ikut menyumbang medali. Bahkan, Bambang disebut-sebut sebagai sosok yang berhasil memasukkan bridge dalam cabang olahraga yang bisa dipertandingkan di Asian Games 2018 di Jakarta tahun lalu.
Bambang mengaku menyukai cabang olahraga ini karena permainan harus dimainkan secara berkelompok, dan juga dapat melatih otak serta pembentukan karakter.
“Bagaimana kita harus menjadi seorang yang jujur. How to be a gentleman. Karena bridge is a gentleman’s game. Jadi kita diajarkan di situ pembentukan karakter yang bagus, harus jujur,” ujar Bambang belum lama ini.
Bahkan Bambang mengaku sudah pernah menghubungi Komite Olahraga Nasional 50 negara guna memasukan cabor brigde ke dalam Olimpiade.
“Berat sekali. Berat sekali. Itu adalah bukan wewenang saya atau pun GABSI (Gabungan Atlet Bridge Seluruh Indonesia) tapi adalah wewenang dari World Bridge Federation yang tingkatnya sudah seluruh dunia,” akunya.
Sejauh ini, Bambang sudah mengusahakan cabor ini dimainkan di PON (Pekan Olahraga Nasional), SEA Games, dan Asian Games. “Jadi tinggal satu yang belum berhasil, sedang kita usahakan bridge supaya bisa dipertandingkan di Olimpiade,” ungkapnya.
Sepak Bola
Tidak hanya berhenti pada cabor bulu tangkis dan bridge, Hartono bersaudara mulai melirik cabor sepak bola. Terbukti belum lama ini mereka membeli klub sepakbola Como 1907 untuk melatih atlet-atlet sepak bola muda.
“Nah itu tujuannya untuk membantu supaya PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) bisa berkembang nantinya. Karena ini yang saya bina adalah junior 16 tahun ke bawah,” ungkap Bambang.