visual ilustrasi
EDITOR.ID, Jakarta,- Ditengah pandemi virus Corona, sejumlah negara berlomba-lomba menemukan obat anti virus yang mujarab. Nyaris sejumlah negara mengklaim mereka paling awal menemukan vaksin untuk mengobati dan menangkal virus paling mematikan itu.
China punya klaim vaksin yang dinamakan Sinovac. Rusia mengklaim punya vaksin bernama Sputnik V. Tak mau kalah Amerika pun mengembangkan vaksin Ad26.COV2.S yang akan diproduksi pabrik raksasa dibidang produk kesehatan dan kecantikan Johnson & Johnson.
Indonesia juga tengah mengembangkan vaksin Merah Putih dengan cara mengkombinasi antara vaksin Sinovac buatan China dengan formulasi yang dibuat sejumlah pakar vaksin Indonesia.
Belakangan Rusia paling awal mendeklare bahwa merekalah yang pertama kali menemukan vaksin yang mampu menjaga tubuh manusia dari serangan virus Covid. Vaksin tersebut dinamakan Sputnik V. Namun penemuan vaksin yang diklaim Rusia ini mendapatkan cibiran dan kritikan dari para ahli Mikrobiologi dunia.
Mereka mengecam Rusia yang tidak melakukan uji klinis dan uji ilmiah atas vaksin yang ditemukannya tersebut. Mendapat kritikan dari sejumlah ahli kesehatan Rusia tak mau menerima begitu saja. Rusia menuduh para ahli yang mengkritiknya memang dibuat untuk mendegradasi virus temuannya dan itu ada kaitannya dengan persaingan bisnis antar produsen virus Covid.
Menangaapi berbagai kritik dan tuduhan vaksin Virus Corona COVID-19 buatannya tak aman karena tak melewati uji klinis fase 3, Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko menyatakan hal itu tidak berdasar.
“Tuduhan bahwa vaksin Virus Corona kami tidak siap dan tidak aman itu tak berdasar dan lebih didorong atas rasa persaingan,” ujar Murashko, seperti dilaporkan Kantor Berita Interfax.
“Tampaknya kolega asing kami merasakan keunggulan kompetitif spesifik dari obat Rusia dan mencoba untuk mengungkapkan pendapat yang menurut kami sama sekali tidak berdasar,” imbuhnya.
Ia mengatakan, vaksin yang dikembangkan Institut Gamaleya Moskow itu akan diberikan kepada orang-orang, termasuk dokter, secara sukarela, dan akan segera siap dalam dua pekan ke depan.
“Paket pertama vaksin medis penangkal infeksi virus corona akan diterima dalam dua pekan ke depan, utamanya untuk dokter,” ujar Murashko.
Direktur Institut Gamaleya, Alexander Gintsburg menyampaikan bahwa uji klinis akan diterbitkan setelah dinilai oleh para ahli Rusia sendiri. Dia mengatakan, Rusia berencana untuk dapat memproduksi 5 juta dosis sebulan pada Desember-Januari.