Menurut Benny, penyidik perlu menyelidiki buku-buku tersebut dengan memeriksa setiap coretan yang mungkin sengaja digariskan oleh anggota keluarga tersebut.
“Ada yang menarik menurut saya. Karena di TKP juga ditemukan buku-buku berbagai macam agama, kemudian buku-buku bacaan. Ini menurut kami penyidik perlu mendalami,” papar Benny.
Sehingga, penyidik bisa mengetahui apakah ada bacaan atau ajaran tertentu yang memang dikaji dan dipelajari oleh para korban.
Polisi Libatkan Ahli
Upaya polisi mengusut tuntas penyebab dan motif kasus ini melibatkan sejumlah ahli. Kepolisian melibatkan Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor), laboratorium forensik, Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis), ahli patologi anatomi, forensik medikolegal, hingga ahli toksikologi.
“Ini memang nanti ahli yang akan jelaskan. Ini merupakan interkolaborasi profesi, berbagai ahli dalam rangka scientific crime investigation,” kata Hengki.
Dari hasil penyelidikan forensik digital, polisi juga sudah menemukan titik terang terkait motif. Dugaan-dugaan terkait motif kematian satu keluarga itu disebut sudah terpatahkan dengan adanya penelusuran forensik digital.
Temuan-temuan itu, kata Hengki, dilanjutkan dengan penyelidikan konvensional. Namun, ketika ditanya dugaan motif apa yang terpatahkan, Hengki enggan menyampaikan lebih lanjut. (tim)