EDITOR.ID, Jakarta,- Dosen senior Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Asri Hadi sangat tersanjung dan bahagia saat diberi cendera mata sebuah buku berjudul “Al-Qaeda Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya” oleh koleganya, KH As`ad Said Ali. Menariknya lagi buku ini hasil pengalaman dan pemikiran Kiai As’ad saat membongkar jaringan Al Qaeda.
Semasa menjabat Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) KH As`ad Said Ali sempat dijuluki “buku berjalan” soal Al Qaeda. Julukan ini diberikan karena Kiai As’ad sangat mengenal dan tahu betul seluk beluk dan isi dapur jaringan Al Qaeda diluar kepala. Kecerdasannya membedah jaringan Al Qaeda membuatnya menuliskan buku berjudul “Al-Qaeda Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya”.
Asri Hadi makin bangga karena bukunya soal Al Qaeda langsung ditandatangani oleh penulisnya Kiai As’ad. “Kiai As’ad menulis dibukunya kepada Yth Bpk drs H Asri Hadi, MA, Semoga Bermanfaat,” kisah Asri saat menerima buku tersebut dari sang penulisnya.
“Saya dikasih buku “Al-Qaeda Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya” disalah satu kantor beliau di Jakarta tanggal 24-12-2014. Ternyata setelah membaca buku yang ditulis beliau sangat banyak manfaatnya,” sambung wartawan senior yang juga Pemimpin Redaksi sebuah media online ini.
Buku berjudul Al-Qaeda, Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya karya KH As`ad Said Ali ini pernah dibedah oleh sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama tujuh tahun silam di Surabaya.
Acara ini dihadiri Menpora Imam Nahrawi, Ketua Umum PBNU Said Agil Siroj, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifulah Yusuf, Rois Aam Mustafa Bisri dan mantan Mendikbud Muhamad Nuh.
KH As`ad Said Ali adalah Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Buku ini merupakan kelanjutan dari buku ?Ideologi-Ideologi Pasca Reformasi? yang diterbitkan tahun 2012.
Menurut penulisnya, As?ad Said Ali, kedua buku itu berangkat dari ambisi pribadnya untuk melakukan kajian menyeluruh tentang gerakan-gerakan radikal.
Buku Al Qaeda setebal 438 dan terdiri dari 9 bab itu dimulai dengan cerita mengenai pengalaman pribadi penulis yang juga mantan Wakil Kepala BIN itu saat bertugas sebagai pejabat Badan Intelijen Negara (BIN) di Timur Tengah pada 1982 sampai 1990.
Selanjutnya penulis menyampaikan uraian panjang lebar mengenai ideologi kaum jihadi dan Al Qaeda secara khusus. Pertemuannya secara tidak sengaja dan perkenalannya dengan pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden menjadi titik poin tersendiri.
As?ad dalam buku itu juga mengungkap keberadaan Jamaah Islamiyah serta hubungannya dengan Al Qaeda. Dikatakan, banyak orang salah kaprah, termasuk opini di sejumlah media, dalam memahami hubungan kedua organisasi ini.
As?ad Ali mencatat bahwa Perang Afghanistan sebagai sebuah permulaan terbentuknya jaringan jihad internasional dan mengenai gagasan pembentukan Al Qaeda.
Buku itu mengungkapkan jaringan operasi dan rentetan aksi teror bom yang dilakukan Al Qaeda yang meliputi wilayah yang relatif luas, yakni Indonesia dan sejumlah negara di Asia Tenggara. Ada bab khusus yang menggambarkan mengenai operasi Al Qaeda di Asia Tenggara, dan bagaimana Asia Tenggara dijadikan pangkalan untuk menyerang sejumlah negara di kawasan lain.
Penulis juga mengungkap pola pengorganisasiannya, serta operasi-operasinya pada tahap awal.
Esensi ideologi Al Qaeda adalah jihad, dan pembentukan khilafah Islamiyah adalah suatu yang mutlak.
Dengan ideologi seperti itu, kaum jihadi menyalahkan pemaknaan para ulama yang telah menjadi ijma? selama berabad-abad, yang mengartikan jihad dalam arti qital (perang) hanyalah salah satu jenis saja dari jihad.
Menurut As?ad, jihad yang lebih besar adalah mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Al Qaeda menganggap jihad qital (perang) adalah fardhu ?ain, sebagai satu-satunya jihad yang berlaku mutlak sejak turunnya surat At Taubah.
Menurut As?ad Said Ali, buku ini mengungkap sejarah kemunculan Al-Qaeda, akar-akar ideologisnya, jaringannya, rentetan operasinya, serta persebarannya sampai ke Indonesia. ?Alhamdulillah buku ini saya tulis untuk memberi pengetahuan terhadap kita semua serta pemuda agar mengetahui gerakan radikalisme dunia,? terangnya.
Osama tewas ditembak anggota pasukan elit Navy SEAL Amerika Serikat di Pakistan, pada Mei 2011. Dengan kematiannya itu, apakah Al Qaeda ikut hancur dan mati?
As?ad Said menyoroti generasi pasca Osama dan bagaimana dinamikanya. Dikatakannya, kaum jihadi kini menemukan medan jihad baru di Syria, Iraq, dan kawasan Afrika. Bahkan telah lahir ISIS/ISIL atau The Islamic State of Iraq and the Levant.
Pada bagian akhir bukunya, As?ad mengulas faktor penyebab Al-Qaeda dan kelompok muslim garis keras lainnya melakukan perlawanan global, dan mengapa akhirnya mereka memilih cara kekerasan. Ia juga mengajukan rekomendasi mengenai sebuah visi yang perlu dibangun untuk mengelola dan menciptakan perdamaian dunia.
Mutawakkil Alallah yang memberikan sambutan pertama kali mengatakan, buku Al-qaedah merupakan buku yang istimewa dan luar biasa. Ini karena ada 3 hal.
?Pertama, penulisnya adalah seorang tokoh dan salah satu ketua bahkan wakil ketua organisasi keagamaan moderat terbesar di dunia. Sang penulis berbicara tentang organisasi radikal seperti Al-Qaedah dan sejenisnya yang dimana radikalisme agama ini menjadi kecemasan dunia internasional,? ungkap Mutawakkil.
Kedua, momen diluncurkannya buku ini sangat tepat, dimana agama Islam menjadi fokus dunia internasional untuk dijadikan sebagai platform yang tepat untuk mencapai tujuan perdamaian dunia.
Ketiga, buku ini didasari oleh data dan analisis yang mendalam, bukan hanya secara ilmiah tetapi juga berdasarkan pengalaman dan dialog yang dialami penulis dengan masyarakat dengan latar belakang suku, agama, ras, lapisan, bahkan antar negara yang berbeda.
?Ibarat hadits, buku ini ibarat hadits shahih. Karena itu buku ini dianggap dapat memperkuat paham keagamaan dan prinsip kemasyarakatan yang selama ini dipegang oleh NU. Bahwa NU di dalam menegakkan agama dan syiar agama disamping paham berdasarkan Al-Quran dan Hadist, NU juga mempunyai sifat kemasyarakatan yang berdasarkan Amar ma?ruf nahi munkar,? urainya.
Ditambahkannya, NU tidak menganut paham radikal seperti Al-Qaedah dan sejenisnya, NU dengan jelas menolak Al-Qaeda. ?Jadi buku ini ibarat petunjuk bagi warga NU dan seluruh generasi muda dalam menghadapi era globalisasi. Kita tetap konsisten memegang teguh sifat kemasyarakatan sesuai dengan yang diajarkan para pendiri NU,? lanjutnya.
Ketua Umum PB NU, KH Said Aqil Siradj, mengatakan NU diakui oleh berbagai negara di dunia sebagai harapan bagi perdamaian dunia. Ini karena NU memiliki ideologi politik yang baik. Oleh karena itu, ideologi politik ini harus dipertahankan dan diperkuat.
?Saya mendengar sendiri, banyak negara-negara yang mengatakan ingin belajar ke Indonesia khususnya belajar ke NU, karena mayoritas umatnya beragama muslim dan mampu hidup harmonis. Islam di Indonesia menyejukkan dan menenteramkan,? katanya.
?Jadi buku ini sangat penting juga bagi warga NU, bukan hanya penting bagi orang-orang luar. Saya harap buku ini bisa diterjemahkan ke bahasa-bahasa lain karna bermanfaat untuk dunia Islam pada khususnya, dan seluruh negara di dunia pada umumnya,? lanjutnya.
Sementara, ulama kharismatik KH A Mustofa Bisri, berpendapat bahwa buku ini menyajikan informasi-informasi jernih mengenai ideologi jihad dan perkembangannya tanpa pretense pemihakan atau penghakiman.
?Buku ini rujukan yang sangat berharga. Dan perlu dibaca oleh orang di luar NU. Buku ini lengkap dengan dalil-dalil. Dari pendahuluan saja sudah diketahui buku ditulis orang NU yang luar biasa, intelek, seorang inteligen dan datanya sangat valid. Saya harap buku ini bisa diterjemahkan ke bahasa lain agar bermafaat bagi Islam dan dunia, utamanya bagi mereka yang peduli dan mendambakan perbaikan kondisi pergaulan kemanusiaan dunia,? tandasnya.
KH Agoes Ali Mashuri yang membedah buku mengatakan, penulis buku pasti sangat gemar membaca buku karena isi dan cakupannya sangat luas. Banyak lintas di dalamnya mulai lintas agama, bangsa, negara, ideologi, dan politik.
?Sebuah gerakan memang harus berangkat dari ideologi. Seperti partai atau organisasi. Jika tidak berdasar pada ideologi, maka tak akan bertahan lama dan mudah dipatahkan lawan. Buku ada pesan yang multi dimensi. Datanya valid sehingga pembacanya mendapatkan pencerahan,? komentar dia.
Masih menurut Gus Ali, buku ini ada kedalaman analisis. Penggambaran kajian jelas menunjukkan pemikir yang tak sembarangan. Bahasanya sangat lugas, cerdas. ?Penulis sungguh-sungguh berdialog dengan obyeknya yang berbeda agama, suku, ras, ideologi dan negara. Penjelasannya sangat naratif, destruktif, obyektif, empiri. Penggambaran mengenai siapa Al qaeda jelas mulai asbabun nuzul, asbabul wurud, hingga eksistensinya,? tandasnya. (tim)