“Ada banyak (arsitek),” jawab Nyoman.
“Ada 70 ahli yang kami libatkan, ada profesor, doktor, sampai masalah grand design, masalah lanskap, itu ada ahli-ahlinya yang punya reputasi tinggi,” ungkapnya.
Ahli-ahli tersebut berperan untuk memastikan keamanan bangunan Istana IKN. Salah satunya ahli konstruksi untuk mengecek kandungan tanah di lokasi tersebut.
“Di Ibu Kota baru ini, kami tahu di sana bebas gempa, gempa hampir tidak ada. Jadi, kami konsentrasinya bukan di gempa tapi di tanahnya, karena banyak kandungan clay soil,” kata I Nyoman Nuarta.
“Clay soil itu kalau terkena air jadi lumpur, kalau kering keras sekali, dipancang pun tidak bisa. Nah dari situ kami undang ahli struktur, ahli kimia. Jadi kami kerja tidak sendirian,” sambungnya.
Sosok I Nyoman Nuarta Seniman Kelas Dunia dan Perancang Ibukota Nusantara
I Nyoman Nuarta dikenal luas sebagai pematung Indonesia dan salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru (1976). Dia paling dikenal lewat mahakaryanya seperti Patung Fatmawati Soekarno, Patung Garuda Wisnu Kencana (Badung, Bali).
Kemudian Monumen Jalesveva Jayamahe (Surabaya), serta Monumen Proklamasi Indonesia (Jakarta). Nyoman Nuarta mendapatkan gelar sarjana seni rupa-nya dari Institut Teknologi Bandung dan hingga kini menetap di Bandung.
Nyoman Nuarta adalah putra keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Wirjamidjana dan Samudra. Nyoman Nuarta tumbuh dalam didikan pamannya, Ketut Dharma Susila, seorang guru seni rupa.
Setelah lulus SMA tahun 1972, Nyoman diterima kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Awalnya Nuarta memilih jurusan seni lukis, tetapi setelah menempuh dua tahun dia berpindah ke jurusan seni patung. Pengalaman profesional Nyoman di bidang seni rupa dimulai sejak dia bestatus sebagai mahasiswa.
Kala itu, Nyoman bersama pematung G Sidharta dan Martono bergabung dalam Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) Indonesia pada tahun 1977. Mereka bertiga juga mengikuti pameran kelompok di Bandung dan Jakarta.
Saat masih menjadi mahasiswa pada tahun 1979, Nyoman Nuarta memenangkan Lomba Patung Proklamator Republik Indonesia, lomba ini adalah awal dari ketenaran Nyoman Nuarta.
Bersama rekan-rekan senimannya, seperti pelukis Hardi, Dede Eri Supria, Harsono, dan kritikus seni Jim Supangkat, Nyoman Nuarta tergabung dalam Gerakan Seni Rupa Baru di Indonesia sejak tahun 1977.
Sejak tenar, Nyoman Nuarta yang merupakan alumni ITB tahun 1979 telah menghasilkan lebih dari seratus karya seni patung. Semua karyanya menggambarkan seni patung modern sampai gaya naturalistik, dan material yang digunakan dalam padatan patungnya adalah dari tembaga dan kuningan.