“Lebih dari itu, saya ingin memberi contoh pada Polres lain. Apabila menemukan benda bernilai sejarah, supaya dikumpulkan dan dirawat.
Dari benda mati itu, kita bisa mengetahui senior-senior dulu bekerja menggunakan alat seperti apa dan kesulitannya bagaimana.
Sebagai contoh mesin tik. Pasti jika terjadi salah ketik ganti kertas berulang kali,†jelasnya.
AKBP Gatot yang sekarang berusia 42 tahun menjabat Kapolres Salatiga sejak 7 Desember 2018. Pada masa awal jabatan, dia prihatin melihat sejumlah barang tua dalam kondisi tidak terawat.
Setelah mencari sumber literatur dan bertukar pengetahuan dengan sejumlah tokoh, dia menyimpulkan Kota Salatiga menyimpan banyak potensi peninggalan sejarah.
Tak hanya di era kolonial tapi juga jauh ke belakang saat peradaban Hindu-Budha berkembang di Jawa Dwipa.
Ketika itu. Gatot secara spontan membongkar beberapa gudang lama yang ada di lingkup Polres Salatiga.
Ditemukanlah sejumlah barang kuno sebagai “harta karun’ masa lalu.
Mulai dari mesin ketik, helm polisi, pedang milsco, alat identifikasi, kamera film, tameng dalmas rotan, sepeda tua kepolisian tua, dan alat-alat komunikasi.
Seluruhnya bermuatan sejarah tentang alat kelengkapan tugas-tugas polisi tempo doele.
“Semua benda-benda itu tersimpan rapi di lemari khusus aula polres sebagai memorabilia Polres Salatiga.
Jadi mungkin anggota saya juga ada yang bingung, ini kapolres kok sukanya benda tua, aneh. Prinsipnya, saya menyukai barang atau benda bernilai seni, sejarah atau budaya apa pun itu,†jelasnya.
AKBP Gatot berharap, lewat barang kuno syarat nilai sejarah itu anggota Polres Salatiga dapat mengambil pelajaran dari para seniornya di masa lalu.
Mereka bertugas dengan bantuan alat seadanya sangat sederhana dibandingkan polisi di era modern.
Saya mendapat kesempatan melihat langsung hasil usahanya bergerilnya mengumpulkan benda syarat sejarah kepolisian.
Barang-barang itu tertata rapi dalam almari kayu di aula Mapolres Salatiga.
Sejumlah pekerja sedang memasang foto-foto repro mengenai Salatiga tempo doeloe yang sumbernya beradal dari Leiden, Belanda. Sebagian barang-barang antik yang tersimpan merupakan hasil temuan.
Selebihnya pemberian pribadi ketika AKBP Gatot berkunjung ke sesama penggemar barang antik.
Foto-foto yang dipajang itu berjumlah ratusan, hasil salinan (repro) dari tahun produksi 1800-1900-an.
“Kalau foto-foto ini saya dapat dari sejarawan Salatiga. Meski tidak asli atau salinan dari Leiden tapi sangat berharga. Kalau milik pribadi, ada peluit polisi.