EDITOR.ID, Surabaya,- Kritikan terhadap Gus Yaqut selaku Menteri Agama hari ini, masih terus bergulir. Saling adu argumentasi di media sosial pun tak kalah sengit. Bahkan, demo simpatisan Eks 212 kembali dilakukan.
Di saat yang sama, masih banyak tugas yang harus diselesaikan Pemerintahan saat ini sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Di tambah dengan dinamika politik nasional dan internasional, masih terdapat perang cyber tentang Ideologi Trans Nasional yang terus bermunculan dengan propaganda di media sosial, semakin memperkeruh situasi Nasional yang ada.
“Apa yang Beliau (Gus Yaqut, red) telah capai selama ini semakin menegaskan bahwa Kementerian Agama mampu menyesuaikan arah gerak ekonomi-politik global. Coba lihat ada sejumlah fokus program Digitalisasu Pesantren, yang bukan hanya soal transaksi e-comers saja dari Para Ustad dan Santri, tapi juga dibukanya akses entrepreneur di dalam dunia Pesantren. Coba lihat RPJMN kita di Tahun 2025 nanti, bukankah sejalan dengan kerja Kemenag saat ini?,” ungkap Sekretaris Jenderal DPP GMNI Sujahri Somar dalam keteranganya, Selasa (8/3).
“Coba anda lihat frasa Indonesia Mandiri dan Perekonomian berlandaskan keunggulan kompetitif, Tahun 2020-2025 di dalam RPJMN itu. Bukankah Gus Yaqut di sini sangat memperhatikan kalangan Muslim di ranah yang paling mendasar, yaitu Pesantren? Jadi, jangan pecahin konsentrasi Kemenag hanya gegara potongan video itu, dan logika Bahasa yang sengaja mau ditafsir berbeda.”, tambahnya.
Alumni Pondok Pesantren Al-Ikhlas Tual ini menambahkan dengan memberi gambaran situasi global, terkait dengan gaya kepemimpinan Gus Yaqut:
“Perang Ukraina-Rusia sementara berlangsung, coba kita renungi, ada Muslim Krimea yang di pihak Ukraina, ada Muslim Checnya di pihak Rusia. Selain itu, kedua negara Rusia-Ukraina ini ada penduduk Katolik. Kemarin saya ikuti pemberitaan, Gus Yaqut akan mengundang Paus Fransiskus ke Indonesia melihat dari dekat kerukunan antar umat beragama kita. Itu luar biasa, Kemenag yang menjadi pionir dengan unjuk kepribadian global semacam begini, ini distingsi kita sebagai Negara besar dengan peran Non Blok yang masih dimainkan secara konsisten oleh para tokoh nasional kita, salah satunya Gus Yaqut saat ini. Sebagai seorang Marhaenis, saya kira Gus Yaqut mujahaddah, istiqomah, dan juga iltizam atau komitmen dengan Islam dan Kebangsaan yang seimbang dan tegak lurus. Kemenag hari ini, sudah sangat baik menerapkan Nilai Islam sesuai dinamika global.”, urai Sekjen GMNI.
Di akhir penjelasan Sujahri menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu secara tiba-tiba terbawa arus informasi sepotong-sepotong yang beredar luas, apalagi langsung meneruskan sebagai pesan berantai.
“Perlu mennyaring sebelum men-share (membagikan, red). Negara-negara di luar yang mayoritas Islam juga memperketat Pengeras Suara hanya untuk Azan, jadi tak perlu polemik ini berlarut-larut, berhentilah, dan mari berdoa kepada Pemimpin Kita serta berdoa kepada keselamatan Umat Muhammad, kemanusiaan yang adil penuh adab, dan tetap fokus menyesuaikan diri pada gerak perubahan zaman yang semakin post-ideologi dan terdigitalisasi ini. Kritik silahkan, asal jangan sifatnya memecah belah. Mari siapkan diri terus merawat Indonesia sebagai Tanah Sajadah kita”, tutupnya.