EDITOR.ID, Jakarta,- Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma?arif Jamzuri atau lebih dikenal Buya Yahya mengatakan, wayang menjadi budaya jawa yang zaman dahulu digunakan sebagai media dakwah para wali untuk meng Islamkan rakyat Jawa.
Saat itu orang jawa sangat kuat menjaga tradisi dan budaya. Sehingga pendekatan seni wayang yang dilakukan para wali menunjukkan cerdasnya ulama dalam meng Islamkan budaya.
Pencerahan ini disampaikan Buya Yahya untuk mengakhiri polemik wayang yang kini ramai di jagat media sosial.
Perbincangan terkait wayang ini menjadi heboh setelah potongan video ceramah Ustadz Khalid Basalamah yang isinya diduga menganggap wayang haram dan lebih baik dimusnahkan itu beredar di media sosial dan menghebohkan publik.
Ustadz Khalid Basalamah belakangan pun tengah menjadi perbincangan publik karena disebut mengharamkan wayang.
Sang ustadz bahkan telah meminta maaf dan menyebut bahwa ceramahnya tidak bermaksud seperti itu.
Sebelumnya, menilik pada penjelasan salah satu pendakwah yang cukup terkenal di Indonesia, yakni Buya Yahya terkait halal atau haramnya wayang.
Dalam video lawas yang diunggah setahun yang lalu, di channel Youtube Al Bahjah TV, dalam ?Hukum Wayang dalam Islam, Buya Yahya Menjawab?.
Berdasarkan penjelasannya dalam video itu, Buya Yahya menyebut bahwa wayang digunakan oleh para wali pada saat itu sebagai suatu media dakwah.
?Wayang itu adalah budaya seni. Sebelum adanya Islam, sudah ada wayang. Lalu para ulama dari walisongo ini ingin bagaimana membawa wayang ini pada sebagai sarana untuk berdakwah,? jelas Buya Yahya, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Senin, 21 Februari 2022.
Mengingat wayang sendiri yang merupakan salah satu seni dengan tingkat kegemaran masyarakat yang cukup tinggi bahkan hingga saat ini.
?Tujuannya adalah berdakwah, seandainya tanpa wayang bisa ya ndak ada masalah. Cuma karena wayang adalah seni yang saat itu betul-betul masyarakat yang lagi disenangi, dan sampe hari ini pun masih banyak penggemarnya. Yang kita bicarakan adalah bagaimana para ulama pada saat itu melihat wayang,? sambung Buya Yahya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah ini juga menyebutkan bahwa yang diharamkan oleh para ulama itu sebenarnya adalah patung yang menyerupai suatu jasad atau wujud, baik itu manusia ataupun hewan.
Oleh karena itu menurutnya, mengapa wayang yang digunakan para ulama walisongo untuk berdakwah pada saat itu adakah wayang kulit, yang pipih bentuknya.
?Mereka juga ngerti bahwasanya patung adalah haram. Jadi karena itu (wayang) mereka penyet menjadi tipis, bukan bentuk berjasad. Makanya hendaknya kalau emang harus wayang, yang harus wayang kulit ini,? tegas Buya Yahya.
Ia juga menyebut ulama pada saat itu telah sedemikian rupa mengemas penyampaian dakwah dengan wayang untuk menghilangkan kesyirikan dari cerita pewayangan itu sendiri.
?Di situ (dalam pewayangan) telah dikelas oleh para ulama pada zaman itu adalah bagaimana agar kesyirikan dalam dunia pewayangan sudah tidak ada,? tutur Buya Yahya lagi. (tom)