EDITOR.ID, Ukraina,- Kelompok Pemberontak Ukraina Timur yang didukung Rusia di Ukraina timur pada Kamis menuduh pasukan pemerintah Kiev menyerang wilayah mereka dengan mortir, melanggar perjanjian yang telah disepakati untuk mengakhiri konflik, kantor berita RIA melaporkan.
Kabar terkini, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Llyod Austin menyebut Rusia telah mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina sembari menuntut janji NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) untuk tidak menerima Kiev sebagai anggota.
Rusia telah mengirimkan lebih banyak pasukan ke wilayah perbatasan Ukraina, dan tidak ada tanda-tanda penarikan pasukan seperti yang diumumkan.
Pernyataan tersebut dilontarkan tak lama setelah Ukraina mengaku masih ada pasukan Rusia yang berada di wilayah mereka. Adapun jumlah yang ditempatkan kabarnya hampir menembus 150 ribu pasukan.
Wakil dari pemberontak yang memproklamasikan diri sebagai Republik Rakyat Luhansk mengemukakan bahwa pasukan Ukraina menggunakan mortir, peluncur granat, dan senapan mesin, menurut laporan kantor berita RIA.
Negara-negara Barat telah mengancam Moskow dengan sanksi-sanksi baru jika Rusia menyerang Ukraina. Moskow membantah akan melakukan serangan.
Baku tembak sporadis di antara kedua kubu telah dilaporkan di wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak dalam beberapa tahun terakhir. Namun, eskalasi konflik yang telah berlangsung bertahun-tahun dengan separatis di Donbas bisa menyulut ketegangan antara Rusia dan Barat.
Wakil dari pemberontak, yang memproklamasikan diri sebagai Republik Rakyat Luhansk, mengatakan bahwa pasukan Ukraina menggunakan mortir, peluncur granat, dan senapan mesin pada Kamis, menurut laporan kantor berita Rusia itu.
“Pasukan bersenjata Ukraina dengan kasar telah melanggar gencatan senjata, menggunakan senjata berat, yang menurut perjanjian Minsk harus ditarik,” kata wakil wilayah Luhansk di kelompok pengendali gencatan senjata Ukraina-Rusia seperti dikutip kantor berita Interfax.
Sebelumnya, Amerika Serikat memperingatkan bahwa Rusia telah menyiapkan sejumlah skenario sebagai pembenaran bagi invasinya ke Ukraina, salah satunya dengan memproduksi hoaks tentang agresi militer musuh.
Intelijen AS yakin Rusia dapat menggunakan video rekayasa yang menunjukkan gambar-gambar kekacauan, ledakan, serta peralatan militer milik Ukraina atau negara NATO, untuk membenarkan invasi militer.
“Melibatkan para aktor yang berperan sebagai warga yang berduka atas kematian orang-orang dalam kejadian yang mereka (Rusia) ciptakan sendiri? (dan) penyebaran mayat-mayat untuk mewakili tubuh mereka yang katanya terbunuh,” kata Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jonathan Finer kepada MSNBC. (antara)