EDITOR.ID, Jakarta,- Kabar pembelian puluhan jet tempur super modern generasi 4-5, Dassault Rafale dari Perancis dan F-15 EX yang jadi F-15 ID dari AS untuk memperkuat Angkatan Udara Indonesia, mengagetkan militer dunia. Konon ini akan menjadi misi besar Indonesia dalam memperkuat armada udaranya.
Sejumlah pemerhati militer melihat Indonesia butuh kekuatan udara yang mumpuni. Pasalnya kekuatan udara merupakan sistem alat utama sistem persenjataan yang sangat cepat digerakkan dan dimobilisasi ketika mendapat ancaman musuh.
Jet-jet tempur dalam hitungan menit akan sangat cepat untuk menghadang agresi kekuatan militer asing yang akan menganggu kedaulatan NKRI. Karena ke depan perang lebih modern yakni perang elektronika dan udara.
Oleh karena itu pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Kertapati memuji langkah Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI untuk membeli jet tempur Amerika Serikat dan Prancis. Hal ini dinilai sebagai strategi jitu membangun kekuatan TNI.
“Pembelian pesawat tempur dari berbagai negara seperti dari Perancis dan Amerika Serikat merupakan strategi yang jitu untuk mengimplementasikan balancing of power pada tataran regional dan global,” ujar Susaningtyas, dalam keterangannya, Minggu (13/2/2022).
Menurut wanita yang akrab disapa Nunung ini, pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) dari negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB dianggap memiliki dampak penangkalan yang tinggi.
“Tidak semua negara bisa membeli meskipun anggarannya memadai. Kedua negara, baik Perancis maupun Amerika Serikat, pasti memiliki kalkulasi yang akurat dalam memproyeksikan kebijakan luar negeri masing-masing,” ucap Nunung.
Nunung menilai urgensi pembelian pesawat tempur sangat dipengaruhi dengan situasi dan kondisi yang dihadapi setiap negara. Pembelian alutsista, terang Nunung, tidak bisa disamakan dengan pembelian barang-barang umum karena membutuhkan proses dan waktu yang lama.
“Ditambah tingkat kepercayaan yang tinggi dari negara penjual kepada negara pembeli. Kemhan RI sangat gesit melihat peluang yang ada,” ucapnya.
Selain kekuatan udara, Nunung meminta Kemhan RI juga memperhatikan kekuatan laut. Ada sejumlah aspek yang perlu diremajakan.
“Selain pesawat tempur, maka kapal frigat dan kapal selam merupakan alutsista yang harus segera dilaksanakan peremajaan dan modernisasi,” imbuh Nunung.
“Selain peremajaan alutsista, maka penggunaan teknologi unmanned system diyakini bisa lebih handal dengan biaya pengadaan yang bisa saja lebih murah,” jelasnya.
Nunung menambahkan penting bagi Kemhan RI untuk memberikan peran lebih penggunaan unmanned system. “Apalagi dalam menghadapi ancaman cyber, maka unmanned system merupakan salah satu alternatif yang banyak dipilih negara-negara super power,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Indonesia memborong puluhan jet tempur generasi 4,5 Dassault Rafale dari Prancis. Pada awal kontrak, Indonesia memboyong 6 pesawat Dassault Rafale.
Selain itu, Indonesia juga telah sepakat membeli jet tempur F-15 dari Amerika Serikat. Ada 36 jet tempur buatan boeing AS serta alutsista lainnya senilai US$14 miliar yang disetujui Kamis (10/2/2022) kemarin. (tim)