EDITOR.ID, Jakarta,- Terpuruknya nilai rupiah menjadi amunisi bagi kubu Prabowo Subianto untuk mengkritisi pemerintahan Joko Widodo. Jokowi dianggap gagal dalam membangun ekonomi. Terbukti rupiah semakin merosot.
Kondisi nilai tukar rupiah menyentuh angka Rp14.829 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat (31/8/2018) kemarin. Rupiah bahkan sempat menyentuh posisi Rp14.884 per dolar AS, setelah sebelumnya berada di nilai Rp14.710 per dolar AS.
Prabowo menilai kondisi nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS itu merupakan imbas dari kebocoran ekonomi Indonesia yang masuk kepada pihak asing.
“Perbaikan sistem ekonomi dan sistem politik supaya tidak terjadi kebocoran lagi. Ini situasi ekonomi sulit karena secara sistemik kekayaan kita tidak tinggal di Indonesia,†kata Prabowo saat berpidato dalam acara bedah buku ‘Paradoks Indonesia’, di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Sabtu (1/9/2018).
Surya Paloh sebagai Ketua Umum Nasdem, partai pendukung pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menanggapi dengan santai terkait melemahnya rupiah.
“Emangnya kalau kubu sebelah mau yang jadi pimpinan, hari ini dolar juga bisa turun? Belum tentu,†tegasnya di sela-sela pembekalan bacaleg DPR dari Partai Nasdem di Jakarta, Sabtu (1/9/18) dilansir dari Jawapos.com
Sebagai pebisnis, Paloh mengerti betul pelemahan rupiah ini dikarenakan nilai tukar mata uang AS yang menguat.
Menurut Paloh, kalaupun Prabowo-Sandiaga terpilih, belum tentu mereka dengan mudah dapat mengerek kembali nilai tukar mata uang Garuda.
Melihat depresiasi nilai tukar rupiah yang terus terpuruk, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh pun membesarkan hati Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Saya bilang Jokowi harusnya lebih banyak senyum-senyum saja dia,†ujar Paloh.
Terpisah bakal calon wakil presiden (bacawapres) Ma’ruf Amin mengaku saat ini pemerintah sedang menyiapkan solusi untuk bisa keluar dari tekanan USD.
“Saya kira lagi disiapkan langkahnya. Ini ‎tidak bisa berjalan diri sendiri meminimalisasi dampak global,†kata Ma’ruf Amin. (tim)