EDITOR.ID, Jember, Jatim,- Aksi demo unik terjadi di Jember Jawa Timur. Puluhan relawan yang tadinya pendukung berat Bupati Jember Hendy Siswanto kini justru berbalik arah. Pendukung bupati Jember ini justru mendemo sosok yang dulu didukungnya.
Para relawan Hendy Siswanto itu menggelar aksi unjuk rasa di depan pendopo Wahya Wibawa Graha, Jumat (1/10/2021). Relawan tersebut, yakni RMJ (Relawan Militan Jember), RJM (Relawan Jumadi Made), Mabes atau Madura Bersatu dan AKJ (Anti Kesultanan Jompi).
Dalam orasinya pengunjuk rasa Jay Rohmadi dan Jumadi Made menuntut aparat hukum berani mengusut adanya dugaan jual beli jabatan dan kasus penunjukkan proyek di Pemkab Jember yang diduga dikuasai keluarga Bupati Hendy.
Adanya dugaan jual beli proyek fisik pengadaan langsung senilai Rp 30 juta, dugaan dinas tertentu meminta fee proyek senilai 17 persen serta persoalan dugaan jual beli jabatan di Pemkab Jember.
Para pendemo menuju ke Pendapa Wahyawibawagraha sembari membawa peti mati dan memakai atribut pocong. Selain itu, juga tampak seorang pria yang memakai kopiah, baju koko, dan sarung, menyerupai sosok Bupati Hendy berada di atas truk sebagai kendaraan komando aksi.
Mereka memprotes kebijakan bupati dan sebagai bentuk ungkapan kekecewaan kepada Bupati Hendy. Selain itu, mereka juga menagih janji politik, dan mengungkapkan adanya dugaan beberapa kebijakan Bupati selama ini yang dinilai mencederai demokrasi dan melukai hati rakyat.
?Bupati Jember Haji Hendy Siswanto telah mengingkari janji-janjinya saat kampanye, di antaranya Pendopo yang katanya terbuka 24 jam untuk rakyat, nyatanya hanya janji-janji belaka,? kata Korlap Aksi, Jumadi Made saat orasi.
Menurut Jumadi, puluhan pendukungnya itu merasa kecewa. Bahkan menagih janji kepada Bupati Hendy. ?Replika peti mati dan teatrikal pocong, adalah gambaran kebijakan Bupati selama ini mencederai demokrasi dan melukai hati rakyat, di antaranya melegalkan honor kematian covid, serta proyek proyek di lingkungan Pemkab Jember yang dikuasai oleh kroni-kroni Bupati,? katanya.
?Kami sangat kecewa dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bupati, kebijakan bupati telah melukai hati kami, selaku pendukung militant. Dulu waktu kampanye, bupati menyampaikan akan mengajak seluruh pendukung dan masyarakat untuk kerjasama memajukan Jember, tapi nyatanya apa? Proyek-proyek justru dikuasai oleh keluarga Bupati,? imbuhnya.
Jumadi juga meminta agar aparat penegak hukum (APH) seperti Kejaksaan, kepolisian dan KPK untuk turun dan mengusut jual beli jabatan yang menurutnya saat ini terjadi di lingkungan Pemkab Jember. ?APH harus turun tangan dan mengusut penyimpangan penyimpangan yang ada di Pemkab Jember, di antaranya jual beli jabatan,? teriak Jumadi.
Pendemo juga membentangkan beberapa poster dan spanduk, diantaranya bertuliskan ?Bongkar Kasus Jual Beli Proyek? dan ?Bongkar Jual Beli Jabatan?, ?Bupati Omong Doang?, dan ?Tertindas atau Melawan?.
Dalam aksi ini, para pendemo menolak untuk bertemu dengan bupati karena sudah beberapa kali dijadwalkan bertemu namun selalu meleset. Setelah melakukan unjuk rasa, pendemo menemui Komisi A DPRD Jember.
Sementara Bupati Jember Hendy Siswanto menilainya sebagai bagian dari aspirasi masyarakat, yang sudah seharusnya ditampung. ?Ya harus kita tampung semuanya apa yang diharapkan. Makanya kalau ada demo itu baik semuanya, tapi jangan anarkis, demo biasa saja,? ujar Bupati Jember Hendy.
Dia juga menilai, keberadaan aksi unjuk rasa justru merupakan upaya memperbaiki diri, sehingga dapat menjadi lebih baik ke depan. ?Kayak saya dikoreksi, gak apa ? apa dikoreksi, karena memang kurang, gak ada yang sempurna kita ini,? ujarnya.
Melalui aspirasi yang disampaikan oleh para pendemo, kata Bupati Hendy justru dapat menilai, sehingga ke depan, sesuai regulasi lebih siap melayani masyarakat. (tim)