EDITOR.ID, Surabaya,- Miris sekali. Gelaran vaksinasi di Surabaya secara massal dilakukan tanpa mempedulikan protokol kesehatan (prokes). Terbukti acaranya dipadati warga yang akan vaksin sehingga terlihat berjubel dan terjadi kerumunan massa. Hal ini diprotes Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Surabaya. GMNI mempertanyakan kenapa vaksinasi justru show of force bukan dibuka per kelurahan saja!
Kerumunan massa saat vaksin ini terjadi pada tanggal 6 hingga 11 Juli 2021. Dalam acara tersebut Pemerintah Kota Surabaya melaksanakan vaksinasi gratis berlokasi di Gelora 10 November dengan masyarakat Surabaya usia 18 tahun keatas.
Vaksinasi tersebut bertujuan untuk menekan laju penularan COVID-19. Namun pelaksanaan vaksinasi tersebut menuiai berbagai kritik dari masyarakat terkait teknis lapangan yang menimbulkan kerumunan. Dalam hal ini DPC GMNI Surabaya menyatakan sikap agar pemerintah meninjau kembali kebijakan tersebut.
Wakabid Politik DPC GMNI Surabaya Ahmad Ali Ramadhan menyampaikan bahwa penanganan pandemi COVID-19 khususnya di Kota Surabaya sudah seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah kota.
Ahmed, begitu sapaan akrabnya, menambahkan bahwa peningkatan kekebalan tubuh dari adanya vaksinasi tidak lantas mengabaikan protokol kesehatan.
“Perlu dipahami bahwa vaksinasi memang bisa menambah kekebalan tubuh si penerima vaksin. Tetapi disana (Gelora 10 November) mestinya harus clear, jangan sampai ada kerumunan,” jelas Ahmed, Sabtu (10/7).
“Pemkot mestinya bisa mengantisipasi bila terjadi kerumunan, karena target mencapai 50.000 orang per hari. Jangan sampai nanti malah jadi klaster baru,” tambahnya.
Ahmed mengusulkan kepada Pemkot untuk membuka gerai vaksinasi diberbagai titik di Kota Surabaya untuk mempermudah warga dalam menjangkau sekaligus mengurangi potensi kerumunan seperti yang terjadi sebelumnya (di Gelora 10 November).
“Sebelumnya telah dibuka mekanisme pendaftaran online oleh Pemkot lalu menunggu sms dari fasilitas kesehatan setempat. Namun kalau ujung-ujungnya diadakan vaksinasi massal, mengapa tidak sekalian dibuka per kecamatan atau bahkan per kelurahan? Bisa juga di fasilitas publik seperti taman, lapangan, atau di mal,” paparnya.
“Kalau dibuka per kelurahan ya misalnya, kerumunan lebih bisa diuraikan daripada di satu tempat di satu waktu terdapat ribuan orang”, pungkas Ahmed melanjutkan.
Ahmed kemudian mengajak masyarakat Indonesia terkhusus warga surabaya untuk tetap menerapkan gerakan 3M; memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Lebih lanjut, ia mengajak masyarakat untuk bergotong royong dan berpartisipasi dalam vaksinasi di kota Surabaya. (Tim)