EDITOR.ID, Jakarta, – Uji coba klinis II Vaksin Nusantara, vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik terus dilakukan meski tak mendapat izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Sejumlah tokoh hingga anggota DPR ramai-ramai menjadi relawan Vaksin Nusantara tersebut dan mengaku tidak mengalami efek samping.
Terkait riset anak bangsa, BPOM menunjukkan dukungan penuh pada riset vaksin Corona lainnya yakni vaksin merah putih.
BPOM berharap paling cepat salah satu dari 6 kandidat vaksin Merah Putih yakni garapan Universitas Airlangga (Unair) bisa mulai diproduksi pada Oktober atau November 2021.
Vaksin Nusantara, yang dibangun dari sel dendritik autolog atau komponen dari sel darah putih yang dipaparkan dengan antigen dari protein S virus SARS-CoV-2, tidak bisa untuk diresmikan karena halangan dari BPOM.
Padahal, tidak sedikit keuntungan yang akan didapat ketika Vaksin Nusantara berhasil ?diluncurkan?.
Keuntungannnya adalah sebagai berikut:
1. Minim Efek samping karena adanya mitigasi dan evaluasi terhadap calon penerima vaksin.
Vaksin Nusantara dikembangkan dengan sel dendritik autolog atau komponen dari sel darah putih yang dipaparkan dengan antigen dari protein S virus SARS-CoV-2, atau dalam kata lain, Vaksin ini dibentuk dengan imunitas dari tubuh.
Vaksin ini diaplikasikan dengan metode bertahap. Tahap pertama adalah tes kesehatan dari calon penerima vaksin.
Proses ini dilakukan selama 5 hari, dan dimonitoring langsung oleh petugas.
Tujuan tahapan pertama adalah untuk melihat bagaimana kondisi fisik dan kesehatan calon penerima vaksin, lalu hasilnya akan dievaluasi.
Tahapan kedua adalah tahapan pengambilan darah.
Tujuan dari pengambilan darah ini adalah untuk mengambil komponen sel darah putih untuk dipaparkan dengan antigen dari protein S virus SARS-CoV-2.
Setelah itu, akan dilakukan evaluasi dan monitoring selama 2 hari. Tahapan ini bertujuan untuk meminimalisasi reaksi alergi, sekaligus dapat juga mendeteksi komorbid dengan sel darah.
Tahapan ketiga adalah tahapan akhir, yaitu tahapan penyintukan sel darah putih yang sudah ?dimodifikasi?.
Tahapan ini tidak akan berlangsung ketika calon penerima vaksin tidak ?kompatibel? pada saat evaluasi tahap 2.
Ketiga tahapan ketika dilakukan, disinyalir tidak akan ada efek samping, terlebih karena vaksin ini bersifat seluler.
2. Dibuat secara Lokal, oleh orang Lokal, dan untuk orang Lokal juga
Vaksin ini adalah buatan lokal Indonesia, maka pengerjaan, pembuatan kit, perakitan, serta distribusi ini dilakukan langsung oleh semua orang yang ada di Indonesia.
Terhitung lebih dari 90% Kit dibuat oleh perusahaan lokal.
Selain itu, pembuatan Kit dari vaksin ini tidak memerlukan pabrik dan peningkatan biaya skala.
Hal ini karena vaksin ini dapat dibuat melalui tempat pelayanan seperti klinik, rumah sakit, atau Laboratorium.
Harga Vaksin ini juga tergolong murah, perkiraan dari biaya vaksin ini adalah sekitar 10 dollar AS, selain itu tidak ada ekses dari vaksin yang tidak terpakai karena vaksin dibuat dari sel darah.
Yang terpenting, vaksin ini cocok untuk kondisi medis Indonesia, terlebih ketika melihat banyak vaksin asal mancanegara yang tidak sanggup untuk ?mengcover? kondisi medis yang kasuistik.
3. Vaksin ini mudah untuk diadaptasikan jikalau virus mengalami mutasi.
Kondisi geografis Indonesia yang tropis dan berebeda dari negara lain membuat variasi dari penyakit di Indonesia berbeda dari yang lainnya.
Hal ini juga tak terlepas Virus COVID-19 yang rentan untuk mengalami mutasi ?gila-gilaan? di Indonesia.
Ketika muncul varian virus ?khusus? Indonesia, maka akan butuh waktu bagi produsen vaksin mancanegara untuk melakukan aksi tanggap terhadap mutasi virus dari Indonesia.
Maka, Indonesia membutuhkan vaksin ?asli? yang bisa dimodifikasi berdasarkan sistem imunitas orang Indonesia.
Vaksin Nusantara, yang dibentuk secara seluler, akan lebih mudah untuk diadaptasikan pada patogen baru.
4. Metode kompleks, rumit, dan preventif.
Ahli Biologi Molekuler Indonesia, Ahmad Utomo menilai metode pembuatan vaksin nusantara berbasis sel dendritik ini rumit.
Butuh pegecekan berulang kali dalam pengerjaannya untuk memastikan apakah antibodi muncul dan untuk memastikan apakah proses sudah benar.
Setelahnya ahli juga harus menunggu dan memastikan apakah antibodi muncul. Pendekatan sel dendritik menurutnya sebenarnya sudah dipakai pada imunoterapi kanker.
Metode ini menurutnya memiliki proses kultur yang tak mudah dan rumit. Meski demikian, Vaksin Nusantara hanya dipatok dengan harga Rp 140.000. (elvi)