“Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya.”
Nasrudin berlalu, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin.
“Demikianlah,” kata Nasrudin, “Keledaiku sudah bisa membaca.”
Timur Lenk mulai menginterogasi, “Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?”
Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halam untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar.”
“Tapi,” tukas Timur Lenk tidak puas, “Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?”
Nasrudin menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca: hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, kita disebut setolol keledai, bukan ?”
Timur Lenk hanya bisa terdiam mendengar jawaban cerdas Nasruddin.
Dari situ saya pun berfikir, ternyata keledai itu hanya terlihat seolah-olah membaca buku, padahal dia hanya membuka lembaran demi lembaranya saja, tanpa memahami isinya.
Kisah di atas menggambarkan apa yang terjadi di jaman sekarang. Banyak sekali orang-orang yang menyebar luaskan berita yang di dapatnya dengan hanya membaca sekilas, tanpa memahami isinya, dan pada akhirnya yang dia sebarluaskan hanya berita hoaks belaka, dan akhirnya diapun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.
Kejadian serupa juga pernah saya saksikan dalam acara salah satu stasiun televisi, yang mana ada seorang selebritis yang terjerat kasus hukum akibat menyebarkan berita hoaks dirinya yang di aniaya.
Sungguh miris memang, informasi yang seharusnya menjadi bantuan bagi masyarakat untuk mendapat informasi, malah menjadi bahan peluang membohongi jiwa-jiwa masyarakat yang haus akan informasi.
Orang-orang hanya mau menbaca luarnya tanpa mengetahui isinya, bagaikan keledai membaca.
Budayakan membaca dengan memahami sebelum menyebarkan.