EDITOR.ID, Solo, Jawa Tengah,- Menjelang perayaan Tahun Baru Cina Imlek yang jatuh pada 25 Januari 2020, sejumlah tempat ibadah umat Khong Hu Cu di Solo Jawa Tengah menggelar tradisi ritual penyucian patung dewa. Seperti yang digelar di Klenteng Tien Kok Sie, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Kota Solo.
Klenteng yang berada di Pasar Gede Solo ini mulai bersolek. Sejumlah pemuda sibuk membersihkan tiang-tiang, atap, juga membersihkan tempat lilin disekitar altar dan patung patung dewa.
Penyucian patung dewa dimulai pada Minggu (31/1/2021) pagi. Semua patung dewa dikeluarkan dan dicuci hingga bersih.
Patung ini merupakan visualisasi dewa yang dipercaya dalam agama Konghucu. Patung ini semua dibersihkan, dicuci dengan sabun karena selama satu tahun terakhir patung bersinggungan dengan asap dupa.
Ritual tersebut dilakukan, Minggu (31/1/2021) dengan protokol kesehatan yang ketat.
Para petugas harus diukur suhu tubuh sebelum masuk ke kawasan Klenteng Tien Kok Sie untuk membersihkan kim shin.
Ketua Yayasan Kelenteng Tien Kok Sie, Sumantri Dana Waluya, di Solo mengatakan tradisi tersebut sudah dilakukan 4 ribu tahun lamanya saat menyambut perayaan Imlek. Satu diantaranya tradisi pembersihan kim shin atau patung dewa dewi.
Patung tersebut kemudian diletakkan di sebuah meja untuk dibersihkan pakai air sabun. Sebanyak empat orang yang membantu pembersihan patung-patung tersebut.
Patung-patung sesekali diguyur menggunakan air kembang sebelum akhirnya disikat menggunakan air sabun beberapa kali. Setelahnya, patung-patung kemudian dilap dan dikeringkan.
“Jumlah kim shin-nya kalau ditotal bisa lebih dari 25 buah tapi kalau dikelompokan ada 17,” ucap Sumantri.
Sumantri mengatakan apabila patung-patung tersebut tidak dibersihkan, nanti akan nampak kusam.
Terlebih, abu dupa kerap menempel di badan patung. “Kalau tidak makin lama, abu dupa membuat hitam,” katanya.
Sumantri mengungkapkan sebelum patung-patung dibersihkan, para pengurus Klenteng Tien Kok Sie tetap meminta izin.
“Kegiatan bersih-bersih ini dilakukan setiap menjelang perayaan Imlek,” kata Sumantri Dana Waluya.
Termasuk, hari dan jam pelaksanaan pembersihan para kim shin. Itu dilakukan dengan menggunakan tradisi Poa Pwe atau melempar dua potong kayu kecil.
Tradisi Poa Pwe sudah dilakukan para pengurus Klenteng Tien Kok Sie dua hari sebelumnya. “Kalau tidak boleh itu nanti diganti harinya. Semisal hari ini boleh, maka langsung dilakukan hari ini,” ungkapnya
“Jadi semua kelihatan bersih dan baru. Baru di sini maksudnya catnya yang sudah kusam dicat lagi. Apa yang perlu dibersihkan, ya dibersihkan,” tambahnya.
Sementara Ketua Dewan Pengawas Klenteng Tien Kok Sie Agus Hartono mengaku, mulai membersihkan dan mempercantik beberapa bagian rumah ibadah umat Tri Darma mulai minggu kemarin. Pembersihan akan berlangsung hingga beberapa hari kedepan.
“Sebelum dilakukan bersih-bersih kami terlebih dahulu melakukan ritual doa. Adapun bagian pertama yang dibersihkan patung-patung dewa atau rupang dengan menggunakan air bunga agar bersih dan wangi. Setelah itu mulai membersihkan bagian lainnya seperti lantai, atap, dan ornamen di dalam kelenteng,” jelasnya kepada wartawan, Selasa (7/1/2020).
Kegiatan bersih bersih kelenteng itu merupakan ritual rutin yang telah dilakukan secara turun temurun sejak jaman nenek moyang dahulu. Bahkan jauh sebelum Klenteng di bangun di selatan Pasar Gede pada tahun 1748 silam, ritual bersih-bersih kelenteng merupakan lambang introspeksi diri membersihkan hati dan pikiran.
“Dengan bersih-bersih klenteng lebih banyak untuk instrospeksi diri untuk membina kerukunan semua komponen, seperti antar umat beragama masyarakat Bangsa Indonesia.
Agus menambahkan, dalam beberapa hari kedepan kegiatan di Klenteng Tien Kok Sie bakal semakin padat. Khususnya pada saat digelar pada ritual tolak balak 24?25 Januari mendatang.
“Besok akan ada acara seperti biasa lepas ratusan burung dan bibit ikan seminggu kemudian grebeg Sudiro Prajan dan kirap budaya,” pungkasnya.
Kelenteng Tien Kok Sie yang berada di dekat Pasar Gedhe Solo merupakan keleteng tertua di Indonesia yang dibangun pada tahun 1748 atau tiga tahun setelah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningat (Keraton Solo) berdiri. (tim)