EDITOR.ID, Jakarta,- Kartu ATM milik Edhy Prabowo menjadi kunci utama alat bukti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam membongkar aliran dana transferan dari perusahaan swasta penyuap Menteri Kelautan Perikanan Edhy Prabowo.
Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Karyoto mengungkapkan bahwa KPK memiliki alat bukti yang sangat penting dan vital yakni kartu ATM milik Edhy Prabowo. Darisana KPK mampu menelusuri adanya dana transferan dari pihak lain.
“Alat-alat bukti yang kami miliki sudah cukup banyak, termasuk alat bukti elektronik maupun yang sifatnya bukti fisik, bukti fisik tadi sudah diperlihatkan KPK, ada beberapa barang mewah dan ada salah satu alat bukti vital yang kami miliki , ATM,” ungkap Karyoto saat jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (26/11) dini hari.
Dari situ KPK menemukan banyak kejanggalan dari aliran dana Menteri KKP di ATM milik Menteri. Diduga ada banyak menerima aliran dana miliaran rupiah.
“Kita mem-profiling kemudian kita juga mengumpulkan informasi-informasi baik dari segala macam dengan teknologi maupun perbankan. Ini semuanya kita olah kita ramu sehingga kita bisa membuat sebuah potret kejadiannya,” ujar Karyoto menambahkan.
Menurut Karyoto KPK telah menyelidiki kasus dugaan suap terkait perizinan tambak, usaha dan/atau pengelolaan perikanan atau komoditas perairan sejenis lainnya tahun 2020 sejak Agustus 2020.
“Kalau dilihat dari surat perintah penyelidikan kami mulai di Agustus lalu. Tentunya sejak Agustus ini bukan waktu yang singkat,” kata Karyoto.
Karyoto mengungkapkan tidak menutup kemungkinan pihaknya bakal menelusuri aliran dana suap izin ekspor benih lobster yang menjerat Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo hingga ke partai politik.
“Kami akan koordinasi dengan PPATK sampai sejauh mana alirannya, ya kalau memang ada sampai ke situ (partai politik) tentu kita akan periksa juga,” kata Karyoto.
Sementara itu Wakil Ketua (KPK) Nawawi Pomolango menjelaskan pada tanggal 5 November 2020 ada dugaan terdapat transfer dari rekening Ahmad Bahtiar ke rekening salah satu bank atas nama Ainul Faqih, yakni staf istri Menteri KKP sebesar Rp 3,4 miliar.
“Uang itu diperuntukkan untuk Edhy Prabowo dan istrinya Iis Rosyati Dewi, Safri dan Andreu Pribadi Misata,” ujar Nawawi Pomolango dalam jumpa pers di Gedung Merah Putih KPK, Rabu dinihari.
“Antara lain dipergunakan untuk belanja barang mewah oleh EP (Edhy Prabowo) dan IRW (Iis Rosyati Dewi) di Honolulu, Amerika Serikat tanggal 21 sampai 23 November 2020 sejumlah Rp 750 juta,” imbuhnya.