Jakarta, EDITOR.ID,- Heboh! Konglomerat yang juga owner Grup Barito Pacific, Prajogo Pangestu berhasil menembus posisi ke-27 sebagai orang terkaya (crazy rich) di dunia. Harta ‘raja’ industri petrokimia dan energi itu mencapai Rp 1.000 triliun.
Dilansir dari Forbes, Senin (13/5/2024), kekayaan Prajogo Pangestu mencapai USD 62,8 miliar atau sekitar Rp 1.000,2 triliun (kurs 16.029 per USD) per Jumat (10/5/2024). Dengan kekayaan sebanyak itu, Prajogo Pangestu, menjadi orang terkaya di Indonesia menurut Forbes.
Prajogo menempati posisi ke-27 dalam daftar orang terkaya di dunia dan posisi ke-2 sebagai orang terkaya di Indonesia. Ia mengalahkan miliarder lainnya seperti Low Tuck Kwong yang miliki harta USD 26 miliar.
Harta kekayaan bernilai fantastis Prajogo Pangestu meningkat seiring dengan kenaikan harga saham-saham perusahaan miliknya. Di antaranya PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Prajogo Pangestu awal tahun ini dikabarkan memborong kembali saham BREN dalam beberapa tahap. Direktur dan Corporate Secretary BREN, Merly mengkonfirmasi kebenaran kabar tersebut. Transaksi pembelian saham tersebut sudah mulai dilakukan sejak 12 Januari 2024 lalu.
Aksi pembelian saham oleh pendiri biasanya dilandasi oleh kepercayaan terhadap masa depan perusahaan tersebut, salah satunya karena perusahaan sedang gencar bertumbuh dan ekspansi.
BREN saat ini sedang gencar melakukan ekspansi EBT di Indonesia, antara lain penambahan kapasitas panas bumi dari 886MW menjadi 1200MW, dan diversifikasi EBT dengan melakukan akuisisi di sektor pembangkit listrik tenaga angin.
Sebagai informasi, Barito Renewables adalah anak usaha dari PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang berfokus pada usaha energi terbarukan. BREN memiliki saham mayoritas di Star Energy Geothermal Holding Grup, produsen energi geotermal terbesar di Indonesia.
Putra seorang pedagang karet itu memiliki kisah panjang dalam merintis karirnya. Sempat merantau ke Jakarta untuk mengubah nasib, tetapi belum beruntung karena tak kunjung mendapat pekerjaan dan memutuskan balik ke kampung halaman.
Dia bertemu dan mengenal pengusaha kayu asal Malaysia, Bon Sun On alias Burhan Uray pada tahun 1960-an.
Dari situ karir Prajogo Pangestu dimulai, ikut Burhan Uray di PT Djajanti Group pada 1969. Berkat kerja keras dan kegigihannya, dia kemudian dipercaya menjadi general manager (GM) di pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur setelah tujuh tahun bekerja.
Jabatan itu hanya setahun diembannya dan Prajogo Pangestu memilih memulai bisnis sendiri dengan membeli CV Pacific Lumber Coy yang ketika itu sedang mengalami kesulitan keuangan. Dia membayarnya dengan uang pinjaman dari bank.