Jakarta, EDITOR.ID – Rejeki tahunan bagi abang-abang perajin membuat terompet sudah menjadi turun temurun di wariskan ke generasi berikutnya pada anak-anaknya, para perajin ini membuat terompet dari bahan kertas karton warna -warni, umumnya mereka berasal dari desa seperti desa-desa sekitar Kabupaten Bogor, Banten, Bandung, Indramayu, Cirebon maupun daerah lainnya, terkadang mereka membawa isteri dan anak-anaknya, melihat mereka Selalu bersemangat mendatangi kota-kota besar seperti Jakarta bahkan kota-kota besar lainnya.
Biasanya para perajin pembuat terompet menyambut tahun baru datang seminggu sebelumnya H (-7) jelang tahun baru.
Banyak perajin pembuat terompet datang dan mereka tidur di pinggir jalan trotoar ataupun di terminal, di Pasar bahkan di rumah sahabatnya yang domisili di Kota Jakarta, pokoknya tempat yang aman untuk menempatkan pikulannya, dimana di dalam pikulannya sudah dipersiapkan bahan-bahan untuk membuat terompet.
Rata-rata perhari perajin sanggup menjual 100 terompet buatannya, dan bila terompetnya unik bagus dipandang selalu menjadi buruan pembeli, terutama terompet dengan motif-motif unik seperti berbentuk naga yang kini dicari-cari pembeli.
Harganya pun bervariasi rata-rata Rp 10.000, namun untuk terompet berbentuk naga di banderol Rp 15.000,” bahkan bila bentuknya semakin unik bisa seharga Rp 20.000.
Halangannya usaha tahunan perajin terompet salah satunya adalah faktor cuaca hujan, antisipasinya selalu menyiapkan pelastik bila sewaktu-waktu turun hujan, kalau untuk pesaing rata-rata para perajin sama bahwa rejeki sudah Tuhan yang mengatur.
Semua terompet dia buat sendiri, dan dia sendiri sekaligus sebagai penjualnya. Hal itu sudah menjadi rutin setiap tahun dia lakukan demi meraup keuntungan besar, dan sudah menjadi tradisi memanfaatkan momen pergantian tahun baru sekaligus untuk meraih rejeki.***