Jakarta, EDITOR.ID – Pemuda berusia 19 warga Jalan SMP 160, Kelurahan Ceger, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, oleh para tetangga dilingkungan sekitar rumahnya, remaja obesitas ini menyebutnya dengan panggilan akrabnya, Juwanto.
Sehari-hari pemuda bernama lengkap Ahmad Juwanto ini praktis hanya bisa beraktivitas dirumah saja — Juwanto sudah dianggap hidupnya tak normal, tidak bisa lagi leluasa bergerak seperti layaknya teman-teman remaja seusianya, hal tersebut dikarenakan derita obesitas yang diketahui semenjak Juwanto rasakan ketika dirinya berusia 10 tahun.
Terakhir sepengetahuan neneknya Lina (54) menimbang berat badan cucunya, Juwanto tercatat memiliki bobot 230 kilogram – menurut Neneknya, itu pertambahan berat badan yang drastis hingga mengkhawatirkan cucunya dan tentunya berakibat seluruh aktivitas sehari-harinya harus dibantu oleh orang lain.
Kondisi sejak berat badannya mencapai lebih dari 230 kg, Juwanto sering mengalami insomnia sehingga Juwanto baru bisa tidur pada waktu dini hari.
Juwanto mengaku mengalami sulit tidur, dia baru bisa tertidur sekitar jam 02.00 WIB atau jam 03.00 WIB.
Padahal dua tahun lalu Juwanto mengaku masih bisa beraktivitas seperti biasa, hingga dirinya berusia 17 tahun, setelah itu berat badan bertambah drastis.
Sejak bertambah drastis berat badannya, Juwanto terpaksa hanya bisa berdiam diri diruang tamu.
Karena bobot tubuhnya semakin membesar, Juwanto kesulitan bergerak, hingga tak mampu lagi bisa melangkahkan kakinya.
Sejak saat itulah seluruh aktivitas sehari-harinya Juwanto terganggu dan harus bila ingin geser badan ingin aktivitas lainnya terpaksa harus dibantu oleh orang lain.
Dan, seluruh waktunya dihabiskan dengan berbaring hanya bisa berbaring dan duduk di ruang tamu rumah.
Lina, neneknya Juwanto yang selalu setia menemani — merawat cucunya berharap cucunya Juwanto bisa sembuh.
Sudat banyak yang menyarankan agar Juwanto dirawat di rumah sakit, Lina langsung menjawab, ‘Darimana duitnya,” jawabnya, dan karena untuk berobat ke rumah sakit butuh banyak biaya, nenek Lina sangat mengharapkan adanya dermawan atau perhatian dari pihak Pemerintah Daerah yang may membantu pembiayaan berobat untuk kesembuhan cucunya.
Pendidikan Juwanto dan pola makan
Nenek Juwanto, Lina (54) yang mengikuti terus perubahan fisik cucunya mengungkapkan, semenjak Juwanto di sekolah dasar (SD) — neneknya sudah merasakan ada yang aneh dari berat badan cucunya ini.
Juwanto berbadan paling besar di SD — kondisi fisiknya pada saat dia SD itu memang sudah dicurigai neneknya dari berat badannya yang sangat berbeda dengan teman-temannya — sehingga ketika di sekolah menengah pertama (SMP), berat badan cucunya semakin bertambah dan oleh dokter menyebut cucunya mengalami obesitas dengan diberi alasan ke Lina oleh dokter mengatakan bobotnya akan masih terus bertambah hingga dewasa, kata dokter ketika itu.