EDITOR.ID, Bukittinggi – Perhimpunan Periset Indonesia Provinsi Sumatera Barat (PPI Sumbar) menghadiri acara Forum Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang diadakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Barat (Balitbang Sumbar). Forum tersebut digelar pada Selasa, 14 Februari 2023 di Istana Bung Hatta, Bukittinggi.
Ketua Harian PPI Sumbar Dr. Ir. Atman, M.Kom mengutus empat orang pengurus perhimpunan yang ia pimpin tersebut untuk menghadiri forum OPD. Empat pengurus yang diutus, yaitu ; Dr. Ir. Ellina Mansyah, MP., Ir. Kasma Iswari, M.Si., Dra. Zusneli Zubir, M.Hum., dan Rita Novita, SS., M.Hum.
Ellina Mansyah atas nama PPI Sumbar pada forum OPD tersebut ikut menandatangani berita acara kesepakatan hasil rapat koordinasi rencana kerja Balitbang Sumbar tahun 2024. Penandatanganan berita acara tersebut dilakukan PPI Sumbar bersama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumbar, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sumbar, dan Majelis Pertimbangan Kelitbangan Sumbar.
Pada agenda diskusi dan tanya jawab di forum OPD tersebut para Peneliti BRIN yang tergabung dalam organisasi PPI Sumbar banyak memberikan usulan kegiatan dalam membangun Sumbar. Di antara usulannya mengenai pengembangan produk turunan gambir untuk meningkatkan nilai tambah.
Menurut Ellina Mansyah yang juga Peneliti di Pusat Riset Hortikultura BRIN, di bidang buah-buahan, ekspornya perlu menjadi perhatian bersama, terutama tentang kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Seperti halnya pisang, karena sangat potensial untuk diekspor. Mari diprogram secara bersama-sama di bidang apapun, sehingga petani kita bisa terbantu.
Kasma Iswari yang juga merupakan Peneliti di Agroindustri BRIN pada kesempatan tersebut mengatakan, selama ini gambir diekspor dalam bentuk gelondongan, sehingga harganya rendah. Padahal jika diolah di dalam negeri dapat menjadi berbagai produk, misalnya ; pewarna alami, penyamak kulit, dan juga ada produk lain seperti minuman Teh Kombucha Gambir, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai jual dan daya saing global.
“Di samping itu, teknologi perbanyakan bawang merah menggunakan biji sangat menghemat usaha tani bawang merah,” kata Kasma Iswari.
Sementara itu, Rita Novita, Peneliti di Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra, Kelompok Riset Toponimi menyampaikan pentingnya riset Toponimi untuk merawat, mendokumentasikan, dan mempublikasikan warisan budaya di Indonesia. Hal tersebut terutama di wilayah 3T atau pedalaman.
Zusneli Zubir mengusulkan, setiap daerah kabupaten kota menyusun monografi daerah yang memuat sejarah budaya (10 pokok pikiran budaya) sosial ekonomi dan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah. Perlu dilakukan kajian strategis dalam pemajuan kebudayaan.