Jakarta, EDITOR.ID,- Peristiwa langka lima tahun sekali. Gerhana bulan total akan kembali terjadi petang nanti, Selasa (8/11/2022). Fenomena kebesaran Allah tersebut bisa disaksikan hampir seluruh daerah di Indonesia. Ini merupakan terakhir di tahun 2022.
Gerhana bulan akan bisa disaksikan di sebagian besar wilayah Indonesia. Puncak gerhana bulan total akan terjadi pada untuk anda yang berada di daerah Indonesia bagian barat bisa menyaksikan sejak pukul 18.00.22 WIB. Untuk wilayah Indonesia bagian tengah mulai pukul 19.00.22 WITA dan wilayah timur mulai pukul 20.00.22 WIT.
Ada perbedaan antara gerhana bulan biasa dengan gerhana bulan total (GBT). Gerhana Bulan total adalah fenomena terhalanginya cahaya Matahari akibat terhalang oleh posisi Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke bulan.
Fenomena ini terjadi ketika Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis lurus.Walhasil, seluruh bayangan Bumi (umbra) jatuh menutupi Bulan.
Fenomena ini merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi tiga benda langit ini. Saat puncak gerhana bulan total terjadi, maka bulan akan terlihat berwarna merah sehingga memiliki sebutan Blood Moon.
Menurut Lapan, seperti dikutip dari situs resminya, gerhana bulan total yang akan terjadi pada 8 November 2022 berdurasi selama 1 jam, 24 menit, 58 detik dan durasi umbral (sebagian + total) selama 3 jam, 39 menit, 50 detik.
Nah, berdasarkan informasi dari pihak BMKG, puncak gerhana bulan total 8 November 2022 terjadi pada pukul 17.59.11 WIB. Gerhana bulan total ini terjadi mulai pukul 15.00.38 WIB dan berakhir pukul 20.57.43 WIB.
Seluruh Indonesia akan mengalami peristiwa ini, kecuali Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu.
Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung, ada sejumlah fase GBT sebelum mencapai puncak di sekitar waktu maghrib.
Diperkirakan air laut juga akan pasang naik dari hilir ke hulu.
Gerhana Bulan Total merupakan fenomena astronomis ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi. Hal ini disebabkan oleh konfigurasi antara Bulan, Bumi, dan Matahari membentuk garis lurus.
Selain itu, Bulan berada di dekat titik simpul orbit Bulan, yakni perpotongan antara ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari) dengan orbit Bulan.
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang, menjelaskan bahwa Gerhana Bulan Total terjadi ketika fase Bulan Purnama, akan tetapi, tidak semua fase Bulan Purnama dapat mengalami Gerhana Bulan.
Hal ini, dikarenakan orbit Bulan yang miring 5,1 derajat terhadap ekliptika dan waktu yang ditempuh Bulan untuk kembali ke simpul yang sama lebih pendek 2,2 hari dibandingkan dengan waktu yang ditempuh Bulan agar berkonfigurasi dengan Bumi dan Matahari dalam satu garis lurus. Sehingga, Bulan tidak selalu berada di bidang ekliptika ketika Purnama.