Yusof, Pemimpin Pertama Singapura Berasal Dari Sumatra

yusof bin ishak presiden pertama singapura

EDITOR.ID, Jakarta,- Kakek saya pernah bercerita bahwa dahulu ketika Indonesia merdeka tahun 1945, warga asal Indonesia yang bermukim di Malaysia (saat itu masih dijajah Inggris,red) ingin kembali ke tanah air bergabung dengan saudara-saudaranya. Terutama warga sepanjang Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Kepulauan Riau.

Namun, masih cerita kakek saya, warga asal Indonesia yang ingin balik ke tanah airnya justru diminta oleh Bung Karno tetap tinggal disana. Kenapa bisa demikian? Bung Karno menurut kakek saya mengatakan bahwa rumpun atau suku bangsa Malaysia sama dengan Indonesia. Satu saudara. Dan kelak para pemimpin di negeri Malaysia banyak keturunan asal Indonesia.

Apa yang menjadi penerawangan ke depan Bung Karno ternyata tepat sekali. Empat belas tahun kemudian setelah “wejangan” BK agar warga asli Indonesia tetap tinggal di negeri Penang ini ternyata terbukti. Tepatnya pada 3 Desember 1959, warga keturunan Indonesia Yusof Bin Ishak diangkat menjadi Yang Di-Pertuan (Kepala Negara) Negara Singapura yang pertama.

Pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura memutuskan untuk memisahkan diri dari Malaysia dan menjadi negara yang merdeka serta berdaulat. Dan Yusof Bin Ishak menjadi Presiden pertama Singapura.

Yusof lahir pada 1910. Kedua orangtuanya asli Indonesia. Ayahnya berasal dari Minangkabau dan Ibunya berasal dari melayu langkat (langkat kota di sumatera utara). Yusof biasa dikenal dengan Encik Yusof, yang memiliki gelar Yang Amat Berhormat Tun Yusof Bin Ishak.

Kedua orangtuanya hijrah ke Pulau Penang sebelum melanjutkan ke Negeri Perak, Malaysia. Yusof bin Ishak adalah Yang Di-Pertuan Negara Singapura yang kedua sekaligus Presiden Singapura yang pertama.

Latar Belakang Yusof Bin Ishak

yusof bin ishak presiden pertama singapura
yusof bin ishak presiden pertama singapura

Yusof dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1910 di Padang Gajah, Trong, Bandar (Kota) Taiping, Negara Bagian Perak, Kerajaan Malaysia. Ayah Yusof bin Ishak berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia, sedangkan ibunya berasal dari Langkat, Sumatera Utara, Indonesia.

Encik Yusof adalah anak sulung dari sembilan bersaudara. Ayah Encik Yusof bernama Encik Ishak bin Ahmad, yang merupakan seorang Ketua Penyuluh Perikanan Negeri-Negeri Selat dan Persekutuan Tanah Melayu. Ibu Encik Yusof bernama Aishah binti Tun Haji Aminuddin.

Encik Yusof mengenyam pendidikan dasarnya di sebuah sekolah Melayu di Kuala Kurau, Perak, Malaysia, sebelum akhirnya dipindahkan ke Malay School di Taiping.

Pada tahun 1921, Yusof meneruskan pendidikannya ke King Edward VII School yang berbahasa Inggris di kota yang sama.

Tahun 1932, Ayah Encik Yusof dipindahkan tugaskan ke Singapura. Akhirnya, semua keluarga Encik Yusof memutuskan untuk mengikuti ayahnya ke Singapura.

Tahun 1924, Encik Yusof dimasukkan ke sekolah Raffles Institution, di mana Encik berhasil lulus Cambridge School Certificate selama tiga tahun dengan nilai yang sangat memuaskan, sehingga diberikan peluang untuk melanjutkan pendidikannya dalam program Queen?s Scholarship.

Encik Yusof aktif dibeberapa kegiatan sekolah, seperti olahraga hoki, kriket, angkat berat, dan tinju. Encik pernah menjuarai pertandingan tinju di kelas lightweight (1933). Selain itu, Encik juga sering terpilih menjadi ketua kelas.

Awal Karir Yusof Bin Ishak

Setelah menyelesaikan kewajibannya, Encik Yusof memulai kariernya sebagai seorang jurnalis dan menjalin kerja sama dengan dua teman lainnya untuk menerbitkan majalah khusus berita olahraga, Sportsman. Tiga tahun kemudian, atau pada tahun 1932, Yusof bergabung dengan surat kabar Malaysia saat itu, Warta Malaya.

Dengan keahliannya sebagai seorang wartawan, Encik Yusof menerima jabatan sebagai Asisten Pengurus dan Penanggung Jawab Suntingan walaupun dalam kurun waktu yang sebentar.

Tahun 1938, Encik Yusof akhirnya mengundurkan diri dari Warta Malaya, dan mendirikan Utusan Melayu Press Ltd. bersama dengan beberapa petinggi Malaysia yang ada di Singapura (1939).

Selama Jepang menjajah pada tahun 1942-1945, surat kabar ini terpaksa menghentikan peredarannya karena mesin cetak yang mereka miliki dibajak oleh Jepang untuk menerbitkan surat kabar berisi propaganda, Berita Malai. Pada saat itu, Encik Yusof memutuskan untuk menetap di Semenanjung Malaya.

Setelah akhirnya Jepang menyerah kepada Sekutu, akhirnya Encik Yusof pun memutuskan untuk kembali ke Singapura, dan melanjutkan karirnya di Utusan Melayu. Encik Yusof berkunjung ke Inggris sebagai anggota delegasi First Press Delegation (1948)

Puncak Karir Dan Penghargaan Yusof Bin Ishak

Yusof telah banyak menjabatan posisi penting di pemerintahan Singapura. Ia pernah menjadi bagian dari Komite Perfilman, Nature Reserves Committee atau Komite Pelestarian Lingkungan, hingga Komisi Organisasi Malaya.

Puncak karir Encik Yusof adalah tanggal 3 Desember 1959, saat itu Encik akhirnya dilantik menjadi Yang Di-Pertuan (Kepala Negara) Negara Singapura yang pertama.
Setelah pelantikannya, di kemudian hari Encik Yusof menjadi Presiden Pertama negeri Singapura.

Karena pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura memutuskan untuk memisahkan diri dari Malaysia dan menjadi negara yang merdeka serta berdaulat. Encik Yusof pun masih menjabat sebagai Kepala Negara. Encik Yusof juga kembali diberi kepercayaan untuk menjabat empat tahun pada tanggal 4 Desember 1967.

Sebagai tanda balas jasa, Singapura pun mengabadikan namanya dalam tiga hal. Pertama, sebuah masjid di Woodlands yang bernama Yusof Ishak.

Kedua, Institut Kajian Asia Tenggara (ISEAS) di National University of Singapore (NUS) yang kini berganti nama menjadi ISEAS-Yusuf Ishak Insitute.

Ketiga, NUS akan mencanangkan sebuah program pendanaan dan penganugerahan gelar profesor dalam bidang ilmu sosial dengan nama Yusof Ishak Professorship.

Yusof mendapat sebuah penghargaan bernama Darjah Kerabat Yang Amat Dihormati. Selain itu, Singapura juga mengabadikan dirinya dalam semua pecahan mata uang dolar Singapura dari sejak dulu dan bahkan hingga sekarang, Mulai dari pecahan, 2, 5, 10, 20, 50, 1.000, hingga 10.000 dolar Singapura.

Tak hanya warga Singapura yang bangga pernah dipimpin oleh manusia hebat dengan dedikasi tinggi untuk memajukan Singapura dan menjunjung erat nilai-nilai multi-kultural dan multi-etnis. Masyarakat Indonesia juga harus patut bersyukur bahwa Bumi Pertiwi pernah melahirkan orang hebat seperti Yusof Bin Ishak. (sumber: holopis.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: