BSD, Tangerang Selatan, EDITOR.ID,- Sudah sejak lama warga kawasan elit Bumi Serpong Damai (BSD) dihantui dan terganggu dengan adanya bau sampah menyengat yang terjadi malam hari. Bau menyengat tersebut diduga berasal dari bau polusi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) entah dari mana. Apakah dari Cipeucang?
Bau menyengat ini bukanlah hal baru bagi warga sekitar Tangsel, namun, kali ini, permasalahan tersebut menjadi sorotan yang lebih tajam dalam konteks pemilihan kepemimpinan daerah.
Budi Jojo, salah satu warga BSD merasakan adanya gangguan bau menyengat sampah ini sejak lama. Pria yang juga pemilik media dan wartawan senior ini mengkritisi kinerja pemerintahan Kota Tangerang Selatan yang kurang cepat menangani bau polusi sampah. Hal ini merupakan persoalan lama yang belum bisa dipecahkan oleh Walikota Tangsel.
“Bau polusi ini merupakan persoalan lama yang belum bisa dipecahkan oleh Walikota Tangsel saat ini. Ke depan, kita sudah bertekad akan memilih Walikota yang mampu mengurangi dampak polusi dari TPA,” ungkap Budi Jojo melalui unggahan di media sosialnya.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Cipeucang kabarnya sudah mengalami kelebihan kapasitas. Bukan hanya mengganggu kenyamanan hidup warga sekitar dengan bau yang menyengat, tetapi juga memberikan dampak serius terhadap lingkungan sekitar.
Salah satunya adalah terhadap sungai Cisadane yang mengalami penurunan kualitas airnya. Air sungai ini menjadi sumber utama bagi PDAM setempat, sehingga polusi dari TPA tidak hanya mempengaruhi udara tetapi juga ketersediaan air bersih.
Menurut data terbaru, Kota Tangerang Selatan saat ini mencatatkan konsentrasi Particulate Matter (PM) 2.5 yang sangat tinggi, mencapai 60 µg/m3.
Angka ini menempatkan Tangsel sebagai kota paling berpolusi di Indonesia pada periode tersebut, dengan perbedaan signifikan 28% lebih buruk dari Jakarta.
Dalam konteks praktis, kualitas udara di Serpong pada bulan Juli setara dengan merokok 112 batang sehari.
Tren ini tidak bisa diabaikan, dengan peningkatan konsentrasi PM 2.5 dari 56 µg/m3 pada bulan Mei menjadi 60 µg/m3 pada bulan Juli.
Wilayah-wilayah seperti Pamulang dan Ciputat juga termasuk dalam 10 wilayah dengan kualitas udara paling tidak sehat di Tangsel, dengan konsentrasi PM 2.5 masing-masing mencapai 65 µg/m3 dan 57 µg/m3.
Dalam situasi ini, warga Tangsel, terutama di Serpong, Pamulang, dan Ciputat, diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak kesehatan dari polusi udara ini.
Pemilihan kepemimpinan daerah menjadi krusial dalam menangani masalah ini secara berkelanjutan, dengan kebutuhan akan inovasi dan komitmen yang kuat untuk mengatasi sumber polusi seperti TPA Cipeucang.