Maurits memiliki gaya tersendiri dalam bergaul dengan semua kalangan tanpa sungkan-sungkan. Nongkrong di rumah kopi, lesehan dan makan bersama beralaskan daun pisang adalah gaya merakyat yang tidak lepas darinya.
Karir politik Maurits terbilang moncer. Ia mengawali terjun ke dunia politik 2004 saat melalui partai politik PDI Perjuangan, maju sebagai Anggota DPRD Kota Bitung. Karena memiliki visi dan kedekatan dengan masyarakat yang selalu dibangunnya, pada pemilihan umum tersebut, dirinya terpilih sebagai Anggota DPRD Kota Bitung.
Selama tiga periode dari tahun 2004 hingga tahun 2014, Maurits yang tetap konsen dengan persoalan lingkungan ini, terus dipercaya oleh masyarakat duduk sebagai anggota DPRD Kota Bitung. Kemudian karirnya bersinar menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Bitung.
Setelah itu di tahun 2015 ia maju di Pilkada Kota Bitung mendampingi Maximilian J Lomban dan menang. Ia meraih jabatan sebagai Wakil Walikota Bitung periode 2016-2021.
Karir politiknya kian menanjak setelah ia memenangi Pilkada 2020 dengan perolehan suara fantastis mencapai 58,3 persen dan menjabat sebagai Walikota Bitung.
Sosok pecinta kopi ini juga gemar dengan dunia kepecinta alaman sehingga didaulat sebagai Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) cabang Kota Bitung.
Tak banyak yang tahu, jika Maurits Mantiri sejak masih duduk di bangku sekolah telah menjadi aktivis lingkungan yang membuat dirinya menjadi dekat dengan banyak kalangan masyarakat.
Gayung bersambut, saat kuliah di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Maurits dipertemukan dengan banyak aktivis lingkungan di fakultas tersebut.
Maklum, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Sam Ratulangi memang dikenal sebagai rajanya aktivis lingkungan di Sulawesi Utara. Maurits pun kian dekat dengan masyarakat karena sering mendampingi ataupun sekadar berdiskusi.
Ditempa dengan baik sebagai seorang aktivis lingkungan, membuat pria dengan akronim nama MM ini banyak dikenal masyarakat. Tapi, hal itu tidak serta merta membuat Maurits terjun ke dunia politik. Dirinya memilih untuk bekerja terlebih dahulu.
Sosok Pekerja Keras dari Bawah, Pernah Bekerja Sebagai Buruh Pabrik
Usai kuliah, Maurits memilih bekerja sebagai buruh harian di pabrik ikan kaleng, Estada. Dirinya merasakan bagaimana kerja keras untuk bisa mendapatkan biaya hidup sehari-harinya. Kegigihannya dalam bekerja, rupanya membuat pihak perusahaan memberikan kepercayaan lebih kepadanya.
Dari buruh harian, Maurits kemudian diangkat menjadi mandor pabrik, sebelum dipromosikan sebagai seorang supervisor hingga senior supervisor di perusahaan tersebut. Sayang, perusahaan itu harus kolaps pada tahun 1995.