Jakarta, EDITOR.ID,- Inisiator Lembaga Pemikiran Strategik Prabowonomic Tommy Nikson bertekad mensosialisasikan dan menyebarkan pikiran-pikiran cerdas dan brilian dari sosok Prabowo Subianto dalam mengelola perekonomian nasional. Konsep tersebut disebutnya sebagai Prabowonomics.
Tommy Nikson yang juga seorang akademisi ini menggaungkan konsep ekonomi Prabowonomics mendasarkan sejumlah hipotesis yang cermat dan terukur. Karena selama ini Prabowo memiliki pemikiran yang sangat bagus dalam strategi membangun ekonomi.
“Pemikiran Prabowo selama ini adalah sebagai sebuah terobosan untuk mengejar ketertinggalan kemajuan bangsa dari negara-negara lain di Asia Tenggara. Karena Indonesia telah dianugerahi kekayaan alam yang melimpah,” ujar Tommy Nikson dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (15/6/2023)
Menurut Nikson dalam membaca pemikiran ekonomi Prabowo telah menjadi realitas tak terbantahkan jika kondisi perekonomian nasional tak ubahnya seperti sebuah paradoks.
“Di satu sisi pertumbuhan ekonomi nasional masih sekitar 5,31% yang merupakan pertumbuhan ekonomi yang belum maksimal di dibandingkan dengan China, Singapore dan Malaysia,” paparnya.
Di sisi lain angka kemiskinan nasional juga masih sangat tinggi yang berkisar 9,54%. “Maka untuk melepaskan diri dari middle income trap (jebakan pendapat menengah) perlu lompatan yang besar (great leap forward) yang harus dirumuskan dalam kebijakan negara,” katanya.
Lebih jauh Tommy Nikson mengemukakan bahwa ada beberapa economic treatment yang harus segera dilakukan oleh pemerintah. “Misalnya dengan melakukan pengendalian devisa ekspor dari berbagai komoditas di Indonesia,” paparnya.
Karena seperti diketahui, menurut Tommy, selama ini banyak devisa hasil ekspor tidak diparkir di dalam negeri tetapi justru diparkir diluar negeri.
Adapun banyak devisa hasil ekspor dibiarkan diambil oleh para investor asing, sehingga memicu terjadinya outflow of national wealth (dilarikannya harta kekayaan negara) oleh para investor asing.
Sehingga hasil kekayaan Negara tidak bisa dinikmati keuntungannya oleh seluruh rakyat Indonesia.
“Tetapi hanya dinikmati oleh segelintir atau sekelompok pengusaha seperti dalam tulisan economy for the people not people for the economy dalam buku Paradoks Indonesia dan Solusinya yang ditulis Prabowo Subianto,” kata Tommy.
Secara ringkas, Paradoks Indonesia berangkat dari tesis kutukan sumber daya alam atau sering disebut dengan dutch desease –negara dengan potensi sumber daya alam terus tergantung pada Sumber Daya Alam dan melemahkan sektor lain terutama manufaktur sehingga negara yang besar tidak bisa keluar menjadi negara maju dan malah terus menjadi negara miskin. (Tim)