Toleransi Indonesia Lahir Ditengah Keresahan

EDITOR.ID, Tangsel,- Sejumlah warga di Tangerang Selatan, Banten, berinisiatif mendirikan lembaga atau perkumpulan yang diberi nama Toleransi Indonesia. Komunitas ini digagas berlatar rasa galau, keresahan dan keprihatinan terhadap meningkatnya perilaku sebagian masyarakat yang cenderung menjadi ekseklusif dan berpaham radikalisme.

Pendirian Toleransi Indonesia digelar Minggu (5/1/2020) malam di Resto Remaja Kuring, BSD, Serpong, Tangerang Selatan dan dihadiri sekitar 70an peserta. Kegiatan pendirian diawali dengan acara Diskusi dan Kopi Darat Toleransi Indonesia bertema “Demi Kebangkitan Nasionalisme dan Kebangsaan.

Suasana Diskusi Soal Keberagaman dan Toleransi Indonesia (Dok Toleransi)

Salah satu inisiator Toleransi Indonesia, Andi Salim dalam sambutan di acara pendirian Toleransi Indonesia mengatakan bahwa perkumpulan ini berawal dari kesatuan pandangan yang digalang di media sosial facebook mengenai bagaimana upaya mewujudkan kehidupan yang harmonis dan saling menghormati antar umat beragama.

“Berawal dari kami saling berkomunikasi melalui media sosial facebook, kemudian kami punya pandangan yang sama untuk mengawal nilai-nilai toleransi dan menghargai sesama warga bangsa, maka kami terus menggaungkan nilai-nilai dan semangat membangun toleransi, dan sekarang followernya sudah mencapai 12 ribu,” ujar Andi Salim di hadapan peserta.

Hadir dalam acara pendirian Toleransi Indonesia (TI) sejumlah tokoh agama, pendidik, tokoh masyarakat, politisi, anggota dewan dan dari pemerintahan. Diantaranya, Wakil Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie, Wakil Ketua DPRD Tangerang Selatan Iwan Rahayu.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Fachrudin Zuhri, Ketua Perkumpulan Jemaat Gereja Katolik Barnabas Sihyanto,Tokoh Cendekiawan nasionalis yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Wanto Sugito. Tokoh nasionalis yang juga pengurus PA GMNN Benny Soediro, para Ketua Organisasi keagamaan di wilayah Tangsel.

Saat memberikan sambutan dalam pendirian organisasi Toleransi Indonesia ini, Wakil Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengatakan, dirinya sangat merespon pendirian Toleransi Indonesias sebagai wadah membangun kebersamaan antar warga masyarakat agar terus terbangun nilai-nilai saling menghormati dan saling menghargai.

Peserta dialog sangat antusias menyampaikan pendapat dan pandangannya untuk berbagi kepada semua peserta lainnya untuk sharing. (Dok Toleransi)

“Saya hadir bukan sebagai pejabat, saya hadir sebagai bagian dari masyarakat yang mencintai toleransi, karena ini dengan adanya Toleransi Indonesia, saya berharap penuh untuk bisa bekerja sama dengan semangat gotong-royong yang melibatkan semua elemen untuk mempererat ikatan kemanusiaan dalam bingkai NKRI yang sesuai dengan pancasila serta UUD1945,” ujarnya dalam sambutannya di hadapan peserta Diskusi Toleransi.

Sementara itu Wakil Ketua DPRD Tangerang Selatan Iwan Rahayu mengapresiasi semangat tokoh seperti Benyamin Davnie yang terus menggaungkan sikap toleransi. “Intinya kita kembali kepada landasan dasar ideologi Pancasila dan UUD 1945, semua sudah ada disana tentang bagaimana mengatur kehidupan kita sesama warga bangsa,” katanya.

Tokoh Nasionalis Wanto Sugito Memberikan Paparannya.

Sementara itu Ketua Harian Toleransi Indonesia, Obaidillah Munthe mengatakan bahwa Toleransi Indonesia dilahirkan dari adanya keresahan warga masyarakat yang gelisah karena munculnya paham ekseklusifisme dalam masyarakat.

Masyarakat cenderung tertutup dan terpolarisasi oleh politik indentitas. Sehingga tidak lagi muncul budaya asli Indonesia budaya gotong royong.

Toleransi Indonesia berdiri karena keresahan yang sama untuk memandang masa depan Indonesia dan jiwa nasionalisme yang selama ini kian memudar,” ujarnya dalam sambutan.

Peserta dialog sangat antusias menyampaikan pendapat dan pandangannya untuk berbagi kepada semua peserta lainnya untuk sharing. (Dok Toleransi)

Oleh sebab itu, menurut Obai, demikian akrab disapa, Toleransi Indonesia siap untuk menjalankan amanah untuk merekatkan kembali warga masyarakat melalui nilai-nilai budaya yang beradab.

“Kami sebagai garda terdepan untuk untuk meningkatkan jiwa nasionalisme dan kecintaan terhadap Pancasila tanpa memandang agama, suku atau ras apapun demi menjunjung nilai nilai kemanusiaan dan negara kesatuan republik indonesia

indonesia, siap toleransi,” katanya. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: