EDITOR.ID, Jakarta,- ?The old soldier never die just fade away?. Seorang prajurit tidak akan pernah berpulang namun hanya menyisih untuk memberi kesempatan pada generasi berikutnya. Pengabdian seorang prajurit kepada bangsa dan negaranya akan terus berlangsung selama hayat di kandung badan.
Sebuah ungkapan lama ini menjadi makna bagi Marsekal Chappy Hakim dalam menjalani masa purna tugas sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).
Pensiun dari dunia kemiliteran tidak membuat nama Marsekal (Purn) Chappy Hakim meredup. Segudang pengalaman, keahlian, serta relasi membawa pria kelahiran Yogyakarta, 17 Desember 1947 ini aktif ke dunia yang tidak pernah ia geluti sebelumnya: menulis hingga pertambangan.
Bahkan kini Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim termasuk tokoh yang sangat rajin menelurkan buku. Ada tiga karya monumentalnya yang sangat bermanfaat bagi generasi muda dalam menimba ilmu tentang kedirgantaraan.
“Dari Segara ke Angkasa: Dari Prajurit Udara ke Penulis dan Guru”.
Buku pertama yang ia rilis berjudul “Dari Segara ke Angkasa: Dari Prajurit Udara ke Penulis dan Guru”. Buku ini ditulis sebagai sumbangan ilmu dan pengalaman Chappy Hakim tentang perjalanan hidupnya mengabdi sebagai ksatria udara.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara 2002-2005 ini bukan hanya bercerita untuk anak dan cucunya, tetapi untuk seluruh anak cucu bangsa Indonesia.
Sumbangan cerita yang ia harapkan dapat menjadi dorongan semangat untuk anak-anak muda mencintai udara, mencintai dirgantara. Seperti yang selalu diucapkannya, ?Nenek Moyangku orang pelaut, tetapi anak cucuku adalah insan dirgantara.?
Buku “Dari Segara ke Angkasa”, Chappy Hakim mengupas tuntas tentang jejak hidup sekaligus perjalanan karir hingga menduduki posisi puncak di TNI sebagai Kepala Staf Angkatan Udara pada 2002-2005.
Kisah hidupnya sejak masih tinggal di Jalan Segara 4 Nomor 4, masa remajanya di mana ia sempat bermain film, masa-masa di akademi angkatan udara, hingga masa krusial setelah Seskoau tertuang dalam buku ini.
Sumbangan cerita kehidupan Chappy Hakim diharapkan dapat menjadi dorongan semangat anak-anak muda untuk mencintai udara, mencintai dirgantara.
Hari Bhakti Angkatan Udara
Dalam buku “Dari Segara ke Angkasa”, halaman 274, Marsekal Chappy Hakim mengisahkan kebiasaan yang selalu dilakukan Angkatan Udara (AU) setiap tanggal 29 Juli setiap tahunnya.
Tanggal tersebut, cerita Chappy Hakim dalam bukunya, TNI AU biasanya melaksanakan Hari Bhakti Angkatan Udara, salah satu kegiatannya adalah melakukan ziarah atau mengunjungi makam para korban yang gugur di Ngoto, tempat jatuhnya Dakota VT CLA dan ziarah ke Makam Abdulrachman Saleh.
Kemudian diikuti dengan upara di Akademi Angkatan Udara Lanud Adisutjipto Yogyakarta dan setelah itu dilangsungkan upara “wisuda purnawira”.
Malam harinya, dilaksanakan malam resepsi di Gedung Puri Ardhya Garini di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Acara pada 29 Juli, tambah Chappy Hakim, berlangsung sangat padat dan melelahkan.
Sejak 2003, untuk acara 29 Juli telah dilakukan beberapa penyempurnaan yang bertujuan agar pelaksanaan peringatan dapat berlangsung sederhana namun tetap khidmat.
Upacara wisuda purnawira dipindahkan ke tanggal 26 Juli, bertepatan dengan ulang tahun Akademi Angkatan Udara. Acara pada 29 Juli pagi hari hanyalah acara ziarah ke makam pahlawan di Ngoto dan tidak dilakukan acara lain.
Dua Buku Lainnya
Sementara dua buku lainnya karya monumental dari Marsekal Chappy Hakim adalah “Defense & Aviation: Menjaga Kedaulatan Negara di Udara” bercerita tentang realitas adanya kedaulatan udara.
Wilayah udara, terang Chappy Hakim, suka atau tidak suka telah mejadi bagian yang utuh dari kedaulatan negara. Sejarah dunia mencatat pestiwa-peristiwa itu.
Contohnya Battle of Britain, serangan udara Jepang ke Pearl Harbor hingga pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menghentikan Perang Dunia II, serta perang-perang udara lainnya terkait peran pertahanan wilayah udara kedaulatan sebuah negara.
Lalu buku “Dari Capung sampai Hercules: 70 Tuturan tentang Chappy Hakim” berisi tentang cerita mosaik perjalanan hidup Chappy Hakim yang dituturkan puluhan orang yang mengenal sosok Chappy Hakim.
Orang-orang itu antara lain berasal dari lingkungan dekat keluarga sampai pengamat dari kejauhan. Buku ini mengutip kata spiritualis penulis James Redfield bahwa “everyone who crosses our path has a message for us.
“Dan pesan-pesan dari perjalanan kehidupan inilah yang semoga menjadi pesan keteladanan, pesan hiburan dan pesan renungan yang dalam.” begitu bunyi sinopsis pada buku ini.
Hadiahkan Buku ke Asri Hadi
Berkenaan Peringatan Hari Bhakti TNI AU, Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal (Purn) Chappy Hakim berkenan memberikan hadiah istimewa kepada wartawan senior Asri Hadi.
Buku pertama adalah “Dari Segara ke Angkasa: Dari Prajurit Udara ke Penulis dan Guru”. Buku yang berisi otobiografi Chappy Hakim itu dikirimkan bersama dua buku lainnya yakni berjudul “Defense & Aviation: Menjaga Kedaulatan Negara di Udara” dan “Dari Capung sampai Hercules: 70 Tuturan tentang Chappy Hakim” yang kesemuanya ditulis oleh Chappy Hakim sendiri.
Ketiga buku ini dihadiahkannya untuk sahabatnya, Asri Hadi, selaku pengurus Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI) dan juga sosok wartawan senior.
Staf Dosen senior IPDN ini menyampaikan ucapan terima kasih atas perhatian sahabatnya, Marsekal Chappy Hakim yang telah memberinya tiga buku yang sarat dengan ilmu dan pengalaman di bidang kedirgantaraan itu.
“Saya dapat 3 buku dari Marsekal Chappy Hakim yang sangat bermanfaat dan perlu dibaca bagi generasi muda Indonesia. Terima kasih kepada Marsekal Chappy Hakim. Semoga tetap sehat,” ucap Asri Hadi dalam keterangannya, Kamis (29/7/21).
Pesan-pesan yang ada dalam masing-masing buku yang diterimanya sangat menggungahnya secara pribadi. Juga terutama, dapat menjadi pesan kebangsaan bagi generasi penerus bangsa untuk dapat menjaga kedaulatan wilayah udara NKRI di masa datang.
Menurut Asri Hadi buku karya Chappy Hakim banyak memberikan ilmu yang mendalam tentang peta dan sejarah kedirgantaraan di republik ini. Dan buku ini sangat bermanfaat sekali.
“Selamat Hari Bhakti bagi TNI Angkatan Udara 2021. Semoga tetap jaya menjaga NKRI dari udara,” tambahnya.
Profil Chappy Hakim
Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim lahir di Yogyakarta, 17 Desember 1947. Ia adalah seorang tokoh militer Indonesia.
Chappy Hakim pernah meraih lima rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), antara lain ?The Best Publisher of The Year? dengan menerbitkan buku-buku satuan jajaran Angkatan Udara sebanyak lebih dari 160 judul buku dalam kurun waktu satu tahun. Penggagas istilah ?Tanah Air Udara? Indonesia.
Sebagai Pilot, Chappy Hakim mengantongi lebih dari 8 ribu jam terbang di beberapa tipe pesawat, antara lain L-4J Piper Cub, T-41D Cessna, T-34A Mentor, Jet Trainer L-29 Dolphine, C-47/DC-3 Dakota, VC-8 Vickers Viscount dan C-130 H/L-100 Hercules.
Pensiun dari dunia kemiliteran tidak membuat nama Marsekal (Purn) Chappy Hakim meredup. Segudang pengalaman, keahlian, serta relasi membawa Chappy ke dunia yang tidak pernah ia geluti sebelumnya: menulis hingga pertambangan.
Sejak tahun 2019, Chappy Hakim mendirikan dan memimpin Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI) atau Indonesia Center for Air Power Studies (ICAP).
PS API beranggotakan Akademisi dan Praktisi bidang kedirgantaraan dengan kegiatan utama melakukan diskusi dan pengkajian masalah masalah Air and Space yang disumbangkan bagi Pengambil Keputusan melalui jalur formal dan melalui media.
Nama Chappy Hakim melambung saat ia berada di puncak karier sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Udara dari tahun 2002 hingga 2005.
Ia memimpin matra udara pada dua era presiden, yakni Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Puncak karier di dunia militer itu tidak diraihnya dengan mudah. Putra pasangan Abdul Hakim dan Zubainar itu menitinya dari bawah.
Lulus dari Akademi TNI AU tahun 1971, pria kelahiran Yogyakarta, 17 Desember 1947, itu langsung bergabung di Skadron II Halim Perdanakusuma.
Ia kemudian mengikuti sejumlah sekolah demi kariernya, antara lain Sekolah Penerbang (1973), Sekolah Instruktur Penerbang (1982), instruktur Hercules C-130 (1985), dan Sesko ABRI (1987).
Dua tahun setelah Sesko TNI AU, ia dipercaya menjabat Komandan Skadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma.
Kariernya terus beranjak. Tahun 1992, ia menjabat Komandan Wing Taruna Akademi AU. Tahun 1995, ia menjabat Komandan Lanud Sulaiman Bandung.
Tahun 1996, ia menjabat Direktur Operasi dan Latihan TNI AU. Setahun kemudian, ia menjabat Gubernur Akademi AU.
Ketika momentum reformasi, ia menjabat Asisten Personel Kepala Staf TNI Angkatan Udara dan setahun kemudian ia diangkat menjadi Danjen Akademi TNI AU.
Jabatan itu pula yang akhirnya menghantarkan Chappy menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 2002 hingga pensiun tahun 2005.
Pengabdiannya pada militer juga berbuah sejumlah penghargaan. Tercatat, ia menerima lima anugerah dari negara, antara lain Bintang Swa Bhuana Paksa Naraya; Satyalencana Kesetiaan VIII, XVI, dan XXIV; serta Satyalncana Seroja.
Selepas dari dunia kemiliteran, Chappy aktif menulis. Bakat menulis sang ayah yang merupakan salah satu pendiri Kantor Berita Antara menurun kepada dirinya.
Ia menulis di mana saja. Surat kabar, media massa daring, dan situs pribadinya www.chappyhakim.com. Topik buah pemikirannya itu tidak melulu soal kemiliteran. Chappy menulis tentang musik, pengalaman pribadi, hingga romantisisme.
Namun, kebanyakan tulisannya memang tidak jauh-jauh dari dunia penerbangan di Indonesia. Hal itu pula yang membuat Chappy sering dijadikan narasumber media massa dalam topik-topik tersebut. Chappy juga mengemban sejumlah jabatan seusai purnatugas.
Ia pernah dipercaya menjabat Ketua Tim Nasional Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi Kementerian Perhubungan, penasihat senior PT Freeport Indonesia, dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia menggantikan Maroef Sjamsoeddin.
Namun, pada akhirnya Chappy mundur dan kini ia kembali ke posisi semula sebagai penasihat senior perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut.
Tahun 2007, ketika terjadi banyak kecelakaan pesawat terbang, Chappy Hakim ditugaskan oleh Presiden RI sebagai Ketua Tim Nasional Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi (KNKT). (tim)