Nah, dinasti Banten yang berada di belakang Airin tak bisa dipungkiri banyak disebut menjadi akar tindakan perbuatan korupsi di Banten. Sebagaimana tercatat dalam sejarah politik nasional mutakhir. Ratu Atut dan TB Chairi Wardhana (suami Airin), dan beberapa anggota keluarga pernah masuk jeruji karena kasus korupsi.
Jejak digital tentang kasus korupsi dinasti tersebar di media sosial. Maka, tagline “Tidak Korupsi” menemukan korelasi yang begitu kuat untuk Banten. Belakangan, catatan korupsi dinasti menjadi isu paling hot di media sosial dan inilah yang kemudian dijadikan peluru tajam dan panas yang ditembakan tepat ke jantung pertahanan Airin.
Di sisi lain, Andrasoni ditampilkan sebagai sosok pendatang baru yang bersih dan sederhana. Lahir dari kalangan rakyat biasa. Andrasoni memulai karirnya sebagai seorang kuli bangunan.
Tampilan tersebut berhasil menggambarkan bahwa kehadiran Andrasoni menjadi anti-thesa. Kontras sekali dengan penampilan sosok Airin yang terkesan borjuis dan elitis. Lahir dan dibesarkan dari keluarga ningrat Sunda Ciamis lalu menikah dengan anak pesohor dan orang kaya raya dari Banten.
Rupanya tampilan Andrasoni yang menunjukkan sebagai anak petani, yang sederhana, justru jauh lebih menarik perhatian bagi kaum milenial yang mulai jenuh dengan perilaku korup kaum elite borjuis negeri ini.
Ada Tiga Faktor Moralitas Jadi Blunder
Faktor berikutnya ialah soal moralitas politik. Memang sulit dicari kaitan logikanya, namun bisa dirasakan pengaruhnya. Setidaknya ada tiga moralitas politik yang dilanggar oleh Airin.
Moralitas pertama, ada 300 ribu lebih suara dari wilayah Tangerang Raya yang diamanatkan langsung secara pribadi kepada Airin agar bisa menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat di DPR-RI. Itu amanah rakyat langsung kepada pribadi Airin.
Tapi amanah tersebut dibuang begitu saja. Sementara ada banyak orang yang ingin mendapat Amanah tersebut. Airin telah menyia-nyiakannya karena ambisi atau mengikuti ambisi dinasti yang ingin mengejar jabatan lebih tinggi, jadi gubernur, demi mempertahankan supremasi, hegeimoni, dan dominasi politik-ekonomi di Banten.
Moralitas kedua yang dilanggar oleh Airin dan dinasti adalah menyia- nyiakan tawaran yang datang dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Sebuah tawaran yang menyenangkan. Prabowo semula ingin menyandingkan Airin dengan Andrasoni. Bahkan tawaran kepada Airin lebih tinggi. Prabowo ingin Airin yang jadi calon gubernur berpasangan dengan Andrasoni sebagai calon wakil gubernur.
Tawaran tersebut konon ditolak mentah-mentah oleh Airin dengan alasan sudah mempunyai pasangan sendiri dari PDIP, Ade Sumardi. Bagi yang sudah mengenal karakter politik dinasti tentu paham kenapa Airin menolak tawaran Prabowo.