Oleh : Matt Bento
Penulis adalah penggiat Media Sosial Facebook, Penulis Lepas
EDITOR.ID, Aksi pawang hujan Rara Istiani Wulandari di Sirkuit Mandalika, Lombok, menjadi salah satu atraksi menarik di ajang MotoGP Mandalika 2022. Nampaknya baru kali ini seorang pawang secara atraktif memperlihatkan cara kerjanya di depan ribuan orang penonton MotoGP di Mandalika, dan mungkin saja ratusan juta pasang mata dari seluruh dunia yang menyaksikan aksi Mbak Rara, karena aksinya juga disiarkan oleh televisi.
Melihat hujan cukup deras disertai petir, bisa jadi banyak yang pesimis hujan akan berhenti. Dari zoom kamera televisi ke aspal sirkuit, terlihat butiran-butiran air yang jatuh dari langit cukup besar. Langit terlihat kelabu gelap. Wajah para pembalap dan tim teknisi terlihat cemas.
Cara Mbak Rara “berkomunikasi” kepada Sang Maha Pencipta, sang penguasa langit untuk meminta dan memohon langit agar cerah kembali dikabulkan. Pada kenyataannya tidak lama kemudian hujan berhenti, dan lomba MotoGP yang sudah dinanti-nantikan penggemar balap motor ber-CC besar ini bisa berlangsung.
Bayangkan, andaikata Mbak Rara gagal, bukan cuma penonton yang sudah membeli tiket mahal untuk masik sirkuit yang kecewa. Para pembalap bersama timnya, Dorna sebagai penyelenggara MotoGP, atau siapapun yang terlibat dalam perhelatan itu akan kecewa.
Bagi pemerintah, jika balap MotoGP yang pertama kali diadakan di Indonesia itu gagal, tentu akan sangat memalukan.
Pemerintah sudah melakukan berbagai daya upaya agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah balap motor bergengsi itu.
Maklum, meskipun Indonesia sejak jaman Orde Baru sudah punya sirkuit di Sentul, Jawa Barat, yang namanya MotoGP berCC besar belum pernah diadakan di Indonesia.
Tahun 1997 ada Grand Prix Sepeda Motor di Sirkuit Sentul, tetapi hanya untuk kelas 250cc.
Belakangan Sentul malah dijadikan ajang drag race atau balap motor dari komunitas penggemar motor lokal, yang kadang ikut balap cuma modal nekad.
Untunglah, Mbak Rara, dengan aksinya yang fenomenal berhasil meminta bantuan sang penguasa alam, sehingga berhasil “menggiring hujan” meninggalkan area sirkuit Mandalika. Konon hujan secara “sukarela” mau terjun ke laut.
Pawang hujan merupakan sebuah profesi yang sangat dibutuhkan dalam setiap gelaran acara luar ruang. Panitia pertandingan sepakbola yang amatir maupun setengah profesional di Indonesia sudah terbiasa meminta bantuan pawang untuk mengusir hujan.
Pengelola Gelora Bung Karno kabarnya sudah tahu siapa yang harus dihubungi bila ada acara diadakan di sana.
Menurut wartawan olahraga yang kerap meliput pertandingan sepakbola, yang kudu dihubungi bukan cuma pawang pengusir hujan, tetapi pawang hujan antagonis juga harus diamplopin.
Karena kalau tidak diamplopin, sang pawang antagonis itu bisa mendatangkan hujan. Jadi percuma saja membayar pawang hujan, kalau premannya pawang itu tidak disangonin! Bakalan hujan juga.
Tidak diketahui persis apakah di Mandalika ada juga pawang preman seperti di Senayan, mengingat banyak juga yang senang jika penyelenggaraan MotoGP di sana gagal.
Andaikata jadwal MotoGP tanggal 20 Maret kemarin gagal, apakah akan dilangsungkan hari berikutnya atau bagaimana, belum ada penjelasan soal itu. Kalau pun ditunda, apakah akan ada jaminan pada hari berikutnya langit cerah, mengingat curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Kalau pun ditunda, untuk dilanjutkan pada hari berikutnya, kegagalan jelas akan menampar wajah pemerintah yang sudah “ngepur” untuk ajang MotoGP ini, walau pun penundaan balap MotoGP pernah terjadi di Qatar.
Yakni pada 2009 silam tepatnya di MotoGP Qatar saat kondisi tidak memungkinkan diadakan di hari Minggu.
Balapan sebenarnya dijadwalkan dari tanggal 10-12 April 2009 (Jumat-Minggu), tapi akhirnya bertambah hingga hari Senin, 13 April 2009.
Apresiasi yang setinggi-tingginya perlu diberikan kepada Mbak Rara, atas keberhasilannya menyelamatkan wajah pemerintah. Mbak Rara juga telah mencuri perhatian dunia. Tengkyu Mbak Rara. Ai lop yu pul!
Kalau soal dikritik, dikecam, atau dituding sirik, itu mah biasa. Tinggal kita tunggu saja apakah pihak yang mengkritiknya bisa melakukan hal serupa atau tidak. (tim)