EDITOR.ID – Surabaya, Lembaga survei Jhon Consulindo menyebut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berpotensi paling sering mewarnai Pilkada Surabaya 2020.
“Dua partai ini memiliki keunggulan sendiri-sendiri. PKS unggul di militansi kader, sedangkan PDI Perjuangan menempati urutan pertama partai pilihan masyarakat,” kata Direktur Eksekutif Jhon Consulindo Lasiono saat menggelar jumpa pers di Surabaya, Kamis (13/8).
Menurut dia, PDI Perjuangan sampai saat ini belum menentukan kader yang akan direkomendasi dalam Pilkada yang berlangsung pada 9 Desember mendatang. Sedangkan PKS sudah menjatuhkan pilihan dalam koalisi besar dengan mengusung mantan Kapolda Jatim Irjen Pol (purn) Machfud Arifin sebagai bakal Calon Wali Kota Surabaya.
“Potensi menang calon wali kota yang diusung PDIP dan PKS dalam Pilkada Surabaya sangat besar,” ujarnya.
Lasiono mengaku berdasarkan penelitian dengan metode kuantitatif yang dilakukan mulai tanggal 2-15 Juli lalu, hasilnya PDI Perjuangan menempati urutan pertama partai yang banyak dipilih masyarakat dengan 28,5 persen, disusul PKB 10,1 persen, Geridra 9,5 persen, Golkar 8,8 persen, PKS 8,7 persen, Demokrat 7,4.
“Kalau PKS unggul dari militansi partai, calon yang diusung PKS jangan dikesampingkan,” katanya.
Dalam penelitian dengan jumlah sampel 500 responden dan margin eror 4,8 persen ini, konstituen PKS sangat militan terhadap calon yang diusung PKS dengan persentase 76,5 persen, disusul PDIP 68,4 persen, PAN 53,4, Golkar 52,7, Gerindra 51,5, Demokrat 48,6, PKB 48,2. Dari data ini dapat dijelaskan bahwa militansi dukungan terhadap calon wali kota yang didukung PKS tinggi.
Menurutnya, Pilkada Surabaya mendapat perhatian elit nasional dan partai-partai besar. Hal ini karena Kota Pahlawan dipandang sebagai wilayah penting untuk mendulang pemenangan, teruma dalam pemilu 2024.
“Tapi semuanya masih bisa berubah, PKS persentasenya bisa naik, begitu juga dengan PDIP, itu bisa terjadi kalau keduanya terus melakukan kampanye,” katanya.
Namun begitu, kata dia, peluang PDI Perjuangan mendapatkan keuntungan cukup besar. Militansi kader partai dibawah 50 persen, seperti Nasdem, PKB, Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PPP, dan PSI bisa berlabuh ke PDIP sangat terbuka. Sebab, ada kemungkinan, kader tidak akan memilih calon wali kota yang didukung partai.
“Di Surabaya karakter masyarakatnya memilih partai dulu baru milih calon,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, faktor Wali Kota Suabaya Tri Rismaharini juga sangat menentukan. Berdasarkan penelitian, 94 persen kinerja Risma dianggap bagus. Kinerja Risma dikonversi sebagai hasil kerja PDI Perjuangan. (Tim)