Tangisan Romelu Lukaku Akhir Generasi Emas Belgia

Padahal Belgia datang ke Qatar membawa sejumlah pemain bintangnya. Siapa tak kenal Romelu Lukaku striker Chelsea. Ada Kevin De Bruyne, kiper kelas dunia Thibaut Courtois, Eden Hazard dan Alex Witsel. Namun mereka tak berdaya ketika bersua melawan debutan Maroko dan Kroasia.

Upaya itu akhirnya tidak membuahkan hasil akhir yang manis bagi Belgia. Pertandingan ditutup dengan skor kaca mata, sehingga otomatis The Red Devils tersingkir, mengulang torehan di Piala Dunia 1998. Lukaku pun menangis selepas pertandingan.

Kegagalan bertahan di Piala Dunia 2022 kali ini menjadi isyarat telah berakhirnya generasi emas Belgia.

Kabar adanya friksi di dalam tim juga melengkapi kegagalan tersebut. Belgia bahkan diterpa banyak konflik internal antar sesama pemain. Selain itu, beberapa pemain seperti Eden Hazard dan Kevin De Bruyne juga sempat mengeluarkan pernyataan yang memperlihatkan pesimisme Belgia.

“Kami tidak menjadi diri kami sendiri di pertandingan pertama, kami pantas kalah di pertandingan kedua. Hari ini kami siap, kami menciptakan peluang dan hari ini di (laga versus Kroasia) tidak ada penyesalan. Kami keluar tapi kami bisa pergi dengan kepala tegak,” terang Martinez.

Banyak pihak yang menyatakan bahwa generasi emas Belgia di bawah asuhan Roberto Martinez memang sudah habis. Piala Dunia 2018 menjadi kali terakhir para pemain bintang Belgia bersinar sebelum akhirnya dimakan usia di Qatar.

Kerja Keras Thibaut Courtois dari Gempuran Lawan

Penjaga gawang Belgia ini tidak terlalu banyak bekerja sepanjang babak pertama, karena Kroasia lebih memilih penguasaan bola, dan tidak terburu-buru dalam melakukan tekanan.

Situasi berubah di babak kedua ketika Kroasia dan Belgia sama-sama meningkatkan tempo permainan. Courtois harus bekerja keras mementahkan sejumlah peluang yang diperoleh Kroasia.

Kiper Real Madrid yang menyandang cap ke-100 bersama tim nasional ini menggagalkan peluang ancaman Mateo Kovacic, Marcelo Brozovic dan Luka Modric, sehingga gawang Belgia terhindar dari kebobolan.

Sayangnya, kerja keras Courtois mengamankan gawang Belgia tidak berakhir manis, karena mereka harus mengangkat koper lebih cepat.

Axel Witsel Tak Mampu Hidupkan Serangan Belgia

Alex Witsel diharapkan membuat lini tengah Belgia lebih hidup dalam formasi agresif 3-4-3 yang diterapkan Roberto Martinez. Alih-alih menghidupkan sektor tengah, Witsel justru tidak mampu berbuat apapun.

Witsel tak banyak melakukan manuver, dan terlalu lamban mengalirkan bola ke lini penyerangan, karena lebih suka memainkan si kulit bundar di kakinya. Gaya permainan ini membuat Kroasia merasa nyaman di babak pertama.

Bukan itu saja, Witsel juga menjadi penyebab Kroasia mendapatkan dua tendangan bebas di babak pertama yang beruntung tidak bisa dimanfaatkan lawan dengan baik.

Performa lamban tetap diperlihatkan Witsel sepanjang babak kedua, sehingga kekuatan daya gedor Belgia sedikit berkurang.

Josko Gvardiol Tampil Cemerlang

Petinggi Chelsea mungkin mengangguk-anggukkan kepala mereka melihat performa Josko Gvardiol di laga melawan Belgia. Pujian kepada bek tengah ini juga dilontarkan pelatih Kroaasi Zlatko Dalic.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: