Jakarta, EDITOR.ID,- Hasil jajak pendapat terbaru yang digelar Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny secara nasional menggegerkan publik. Ada 12 partai politik yang tidak mampu menembus kursi parlemen.
Bahkan lebih mengagetkannya lagi dalam temuan LSI Denny JA partai-partai kelas menengah seperti Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diprediksi tak lolos Senayan pada Pemilu 2024 karena ambang batas parlemen atau parliamentary threshold berada di angka 4 persen.
Partai Demokrat dipredikisi hanya akan meraih elektabilitas 3,6 persen, PAN 3,3 persen, dan PPP 2,9 persen.
“Partai Demokrat dengan elektabilitas sebesar 3,6 persen, kemudian PAN dengan elektabilitas 3,3 persen, dan PPP dengan elektabilitas 2,9 persen,” kata Direktur Citra Publik Indonesia (CPI) LSI Denny JA, Hanggoro Doso Pamungkas dalam rilis survei, Selasa (19/12/2023).
Kemudian PSI 1,5 persen, Perindo dan Hanura 1 persen, Gelora 0,3 persen; PKN dan Partai Buruh 0,2 persen, Partai Ummat 0,1 persen, dan PBB dan Garuda yang 0 persen. Meski demikian, angka responden yang tidak menjawab atau tidak mengetahui cukup tinggi, yaitu 14,7 persen
Dalam survei yang digelar LSI ini juga menunjukkan perubahan mengejutkan. Tren elektabilitas PDI Perjuangan yang selama ini selalu mendominasi di berbagai lembaga survei meraih posisi teratas kini direbut Partai Gerindra.
Partai yang dipimpin Prabowo Subianto itu menyalip PDIP yang sudah dua periode jadi partai pemenang pemilu. Namun selisih raihan persentase dukungan publik masih ketat dan tipis.
Direktur Citra Publik Indonesia (CPI) LSI Denny JA Hanggoro Doso Pamungkas mencatat elektabilitas Gerindra mencapai 19,5 persen. Sementara PDIP mendapatkan angka 19,3 persen.
“Pertama kali sejak Pileg 2014, PDIP dilampaui Gerindra. Ini temuan menarik ya tentunya pada akhir November hingga awal Desember,” kata Hanggoro.
“Apakah dominasi PDIP selama 10 tahun menjadi gagal hattrick atau juara tiga kali Pileg berturut-turut atau justru sebaliknya? Kita lihat nanti, karena data dinamis,” imbuhnya.
Hanggoro mengatakan berdasarkan survei itu, PDIP masih unggul di Jawa, Maluku, dan Papua. Sedangkan Gerindra unggul di Kalimantan dan Sulawesi. Sementara sisa kepulauan lainnya unggul oleh parpol lain.
Ia juga menyebut penurunan suara elektabilitas PDIP dalam survei ini terjadi karena blunder serangan PDIP ke Presiden Joko Widodo (Jokowi), polemik penolakan sepak bola dunia U-20, dan buntut penyebutan presiden sebagai petugas partai.
“Jika tren ini terus berlanjut, dukungan PDIP bisa kembali ke era sebelum Jokowi jadi Presiden,” kata dia.