EDITOR.ID, Jakarta,- Survei yang dilakukan Charta Politika menunjukkan bahwa Joko Widodo masih merupakan calon kandidat terkuat dibandingkan dengan Prabowo Subianto untuk Pemilihan Presiden 2019 di Provinsi Jawa Timur.
Data survei menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi masih tinggi. Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla memperoleh tingkat kepuasan masyarakat Jawa Timur sebesar 72,6%.
Tingkat elektabilitas Jokowi di Jatim 47,7%, sedangkan perolehan Prabowo Subianto jauh di bawah Jokowi dengan 30,2% suara.
“Ini juga merupakan PR besar buat Prabowo. Sebetulnya, Prabowo hanya kalah tipis di Jawa Timur [pada Pemilu 2014],” ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto dalam acara Rilis Survei Charta Politika: Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif 2019 (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur) di Hotel Haris, Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Secara head to head, Joko Widodo tetap unggul dari Prabowo dalam persaingan menuju panggung Presiden pada Pemilu 17 April 2019.
Adapun, Jokowi unggul dengan memperoleh 53,4% suara, sedangkan Prabowo, masih dengan jarak kekalahan yang cukup mencolok, memperoleh 33,6% suara responden.
Tidak seperti di Jawa Barat dan Jawa Tengah, untuk Provinsi Jawa Timur, tingkat elektabilitas antara partai politik dan calon Presiden tidak berbanding secara linear.
Partai pendukung utama pencalonan kembali Jokowi pada Pemilu Presiden 2019, PDIP, berada di posisi ke-dua dengan tingkat elektabilitas sebesar 20,3%.
Adapun, posisi pertama diduduki oleh PKB yang memiliki basis massa terbesar di Jawa Timur dengan tingkat elektabilitas 25,1%.
Sementara itu, Partai Gerindra berada di posisi ke-tiga dengan tingkat elektabilitas sebesar 10%, kemudian disusul Golkar dengan tingkat elektabilitas sebesar 7,1%.
Di bawah Partai Gerindra, terdapat Golkar dengan perolehan angka 11,7%, kemudian PKS dengan 8,2%, dan Partai Demokrat dengan 6,3%.
Terkait dengan melonjaknya tingkat elektabilitas PKB di Provinsi Jawa Timur, Yunarto mengatakan fenomnena tersebut tidak dapat dilepaskan dari politik aliran.
“Kekuatan politik aliran dan basis kultur itu bahkan bisa mengalahkan berbagai hal penting di dalam Pilpres. Itu yang berbeda dengan Jawa Timur. Jadi, orang tidak didominasi oleh faktor pilihan mereka di Pilpres, tetap faktor kultur politik menjadi pilihan utama,” ujar Yunarto. (kbr)