Selain itu, kebanyakan dari kelompok ini merupakan bekas pemilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 dan sebagian lain merupakan orang-orang yang tidak menggunakan haknya atau merahasiakan pilihannya pada pemilu lalu.
Kebanyakan dari kelompok ini merupakan generasi tua dalam rentang usia 41-60 tahun yang sebagian besar masuk ke dalam generasi X. Pada rentang usia tersebut, jumlah mereka mencapai 44,3 persen, lebih tinggi dari persentase populasi kelompok ini yang sekitar 36 persen.
Mayoritas kelompok ini merupakan kalangan perempuan, mencapai 54,2 persen. Di samping itu, terdeteksi bahwa kebanyakan pemilih ragu tinggal di perdesaan dan lebih banyak berpendidikan dasar.
Kalangan Islam, terutama warga Nahdlatul Ulama, menjadi kelompok masyarakat yang lebih bimbang dibandingkan dengan kelompok pemeluk agama lain.
Jumlah pemilih bimbang ini juga terlihat di Jawa Timur, yakni di warga NU. Kelompok pemilih bimbang ini bisa menjadi penentu kemungkinan pilpres dua putaran.
“Terlebih di Jawa Timur yang menjadi wilayah perebutan pengaruh di antara dua tokoh kelahiran daerah ini, yaitu Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD, derajat kebimbangan warga NU paling tinggi. Kelompok pemilih bimbang di atas dapat menjadi penentu, apakah pilpres akan berlangsung satu putaran atau dua putaran,” jelasnya.
Litbang Kompas telah menyelenggaran survei serupa sepanjang 2022 hingga 2023. Pada Januari 2022, sosok capres telah menguat ketiga nama, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
Dari tiga sosok capres, Prabowo dan Ganjar saling salip posisi teratas, sementara Anies selalu berada di posisi ketiga.
Berikut elektabilitas paslon hasil survei Litbang Kompas:
Prabowo-Gibran 39,3%
Anies-Muhaimin 16,7%
Ganjar Mahfud 15,3%
Belum menentukan pilihan 28,7% (tim)