EDITOR.ID, Jakarta,- Keberanian anak-anak muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang duduk di kursi DPRD DKI Jakarta membongkar praktek anggaran janggal dan mencurigakan di Rancangan APBD DKI Jakarta bukannya tak beresiko.
Meski dukungan publik terus bermunculan namun “serangan balik” dan cacian juga dialami para politisi muda PSI diantaranya William Aditya Sarana. Anak muda yang masih berusia 23 tahun ini disemprot Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Inggard Joshua dan sejumlah anggota DPRD.
Joshua menilai William tidak memiliki tata krama lantaran mengunggah rancangan KUA-PPAS ke media sosial. Padahal, rancangan KUA-PPAS itu belum dibahas di forum DPRD.
Namun ditengah cercaan dan mungkin tekanan politik, sikap berani dan melawan arus dari anak-anak PSI mendapat dukungan moril dari penggiat media sosial, Denny Siregar. Pria yang punya follower jutaan di media sosial ini ikut memompa semangat anak-anak PSI agar jangan pernah takut menghadapi mafia politik di gedung DPRD DKI Jakarta.
Berikut tulisan Denny Siregar yang menyebar ke berbagai jaringan media sosial secara luas. Tulisan ini diberi judul oleh Denny : Surat Untuk Adek-Adekku PSI. Berikut ulasan Denny:
Saya ingat sekali waktu Pemilu legislatif saya diundang oleh Partai Solidaritas Indonesia.
Saya didaulat untuk bicara dipanggung.
Saya setuju, dengan satu syarat saya tidak ingin memuji mereka.
Dan di panggung saya bicara dengan nada keras,
“Saya akan mendukung PSI bukan karena saya suka, tetapi justru saya ingin membuktikan bahwa kursi DPR akan membantai kalian, menjadikan kalian lemah seperti banyak aktivis seperti kalian sebelumnya.
Dan saya akan puas dgn mencaci kalian, menyerang kalian karena karena sudah berbohong kepada rakyat dengan janji2 kalian !
“PSI memang tidak lolos ke Senayan karena suaranya tidak mencukupi.
Tetapi di beberapa kota besar, mereka ada.
Di Jakarta sendiri bahkan mereka menempatkan 8 kadernya menjadi anggota dewan.
Baru saja duduk, PSI Jakarta langsung bekerja. Mereka membongkar rancangan APBD DKI Jakarta yang dibuat dengan seenak udelnya. Ada buzzer dibayar 5 milyar rupiah. Ada lem aibon 82 miliar rupiah. Ada bolpen 124 miliar rupiah.
Tanpa ragu, adek2 PSI di Jakarta, yang bahkan ada yang berumur 23 tahun, harus melawan pembuat anggaran.
Tradisi Ahok mencoret anggaran fiktif diteruskan.
Lawan adek2 ini bukan saja dari eksekutif, tetapi juga dari dalam ruang DPR yang didominasi orang2 tua dan lama.
Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI dari Gerindra, Inggard Joshua, menegur PSI Jakarta karena membongkar temuan itu lewat media sosial.