Jakarta, EDITOR.ID,- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong potensi gas bumi yang dimiliki Indonesia untuk menarik minat investor dalam menjalankan transisi energi.
Demikian disampaikan Sekretaris SKK Migas Taslim Yunus saat memberikan sambutan Forum Group Discussion Media Gathering SKK Migas dan KKKS, Bandung (03/09/2022)
“Dari sekian banyak cekungan, terkhusus di Indonesia bagian timur, cekungan yang sudah produksi mayoritas adalah cekungan gas yang dapat mendorong produksi gas dari sekarang sekitar 6 BSCFD menjadi 12 BSCFD pada 2030,” ujar Taslim.
SKK Migas, lanjut Taslim akan mengoptimalkan potensi tersebut karena ke depan Indonesia akan menjadi penghasil gas yang besar. Sehingga diharapkan akan menjadi daya tarik bagi investor datang untuk investasi di Indonesia.
SKK Migas mengungkapkan lebih dari 50 persen penemuan sumur eksplorasi yang terjadi dalam satu dekade terakhir lebih banyak gas bumi, sehingga rata-rata 70 persen plan of development berupa pengembangan lapangan gas bumi.
Apalagi konsumsi gas diperkirakan akan meningkat lebih besar lagi. Konsumsi gas saat ini sekitar 6.000 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), lalu diperkirakan akan meningkat menjadi 26.112 MMSCFD pada 2050 atau meningkat sebesar 298%.
Produksi Minyak dan Kebutuhan BBM
Sementara produksi minyak di Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan BBM domestik. Sampai pada tahun 2021 saja, produksi migas Ri hanya mencapai 660 ribu barel per hari (bph) di tengah kebutuhan akan minyak yang mencapai lebih dari 1 juta bph.
Lebih lanjut Taslim Yunus mengatakan, produksi minyak Indonesia pada 2022 rata-rata 615 BOPD atau barel per hari. Sementara kebutuhan minyak untuk BBM tiap tahun rata-rata naik diatas produksi dalam negeri.
Kebutuhan minyak akan terus bertambah setiap tahunnya. Konsumsi minyak pada 2050 diperkirakan meningkat sebesar 139% dari konsumsi saat ini yang sekitar 1,66 juta barel per hari (bph) menjadi 3,97 juta bph pada 2050.
“Sehingga hal ini menyebabkan negara kita melakukan impor BBM. Dan impor ini sangat mempengaruhi defisit neraca perdagangan kita,” papar Taslim.
Oleh karena itu ke depan kebijakan adalah penggunaan energi yang terbarukan dan tidak lagi bergantung dengan energi fosil.
“Terutama eksplorasi gas pada 2030, nanti gas akan menjadi salah satu alternatif yang akan menjadi energi penting dalam kehidupan,” katanya.
SKK Migas Ajak Daerah Bisa Tarik Investor Migas
Pada kesempatan ini Taslim Yunus juga mendorong kepada daerah bisa terus menarik buat investasi minyak dan gas masuk ke Indonesia. Disamping target produksi 1 juta barel dan 12 BSCFD menjadi tantangan bersama yang bisa dicapai bersama daerah penghasil migas.