“Padahal kita punya potensi gas di domestik, yang bisa dimanfaatkan untuk produksi LPG,” ujar Kurnia.
Impor ini terjadi akibat keterbatasan infrastruktur dan tidak semua gas yang dihasilkan dari alam Indonesia dapat dijadikan elpiji. Menghadapi masalah ini Kurnia mengungkapkan pemanfaatan gas Indonesia terus dioptimalkan dengan terus membangun infrastruktur.
“Saat ini pemerintah terus membangun infrastruktur agar membantu penyaluran gas bumi dan kebijakan pemanfaatan jaringan gas ke rumah-rumah serta kebijakan pembatasan ekspor LPG. Dengan demikian, penyerapan gas bumi domestik bisa dioptimalkan,” ucapnya.
1,5 Juta Metrik Ton Gas Bumi Bakal Diproduksi Jadi LPG
Dia pun memastikan bahwa SKK Migas bersama dengan Kementerian ESDM, sudah melakukan identifikasi soal adanya potensi gas bumi sebesar 1,5 juta MT untuk diproduksi menjadi LPG. Meskipun, Kurnia juga mengakui bahwa masih ada proses lebih lanjut yang harus dilakukan secara teknis, guna mencapai tujuan produksi LPG secara mandiri tersebut.
“Tapi setidaknya kita sudah petakan potensi sebesar 1,5 juta MT per tahun, yang diperkirakan akan mampu mengurangi impor LPG sekaligus mengutilisasi sumber gas dalam negeri,” ujarnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo, telah mengingatkan pelaku industri hulu migas agar tidak hanya menjual gas bumi dalam bentuk mentah. Dia mengingatkan, kontraktor hulu migas wajib menjual produk gas turunan yang lebih bernilai, seperti misalnya LPG.
Meskipun ada proses lebih panjang yang harus dilakukan melalui investasi yang lebih besar, namun Dia meyakini bahwa dengan mengolah gas bumi menjadi LPG, ada potensi nilai atau hasil yang juga akan jauh lebih tinggi.
“Ketika bisa dilakukan zero routine flaring, dan juga optimisasi penggunaan fuel gas, apakah kemudian dari gas tersebut bisa diambil kandungan C3 dan C4 sebagai LPG, karena bisa dijual lebih mahal,” ujarnya. (tim)