Jakarta, EDITOR.ID,- Presiden Joko Widodo (Jokowi) pagi ini menunaikan ibadah Shalat Idul Adha 1444 Hijriah dan Kurban di halaman Gedung Agung atau Istana Kepresidenan Yogyakarta yang terletak di Jalan Jalan Ahmad Yani, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta.
Pak Jokowi Shalat ditemani Ibu Negara Iriana dan keluarga. Usai shalat, Presiden mendapat pesan penting dari khatib Ustaz Jauhar Mustofa. Apa itu? Baca di bagian akhir artikel ini.
Presiden menggelar shalat berbaur bersama warga biasa. Warga masyarakat sudah mulai berbondong-bondong sejak pagi tepatnya, pukul 05.30 WIB memasuki halaman Gedung Agung agar bisa Shalat bersama Jokowi.
Warga masyarakat yang akan memasuki kawasan Gedung Agung terlebih dahulu melalui pemeriksaan metal detektor oleh Paspampres terkait barang bawaan.
Pada sekitar pukul 06.00 WIB Presiden Jokowi terlihat sudah duduk di Shaf paling depan dengan mengenakan kemeja putih, sementara ibu Iriana juga sudah terlihat duduk di Shaf paling depan untuk jemaah perempuan.
Tepat pukul 06.30 pelaksanaan shalat Idul Adha dimulai. Bertindak sebagai Imam sekaligus khatib Jauhar Mustofa. Khatib Shalat Idul Adha sehari-harinya bertugas sebagai Kepala Bidang Urusan Agama Islam di Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Kementerian Agama.
Usai shalat, khatib Ustaz Jauhar Mustofa memberikan tausiah dan doa dalam khotbah Idul Adha.
Pesan Ustaz Jauhar kepada Jemaah dan Presiden Jokowi
Khotib menyampaikan pesan kepada jemaah Shalat termasuk Presiden Joko Widodo tentang “Semangat Berkurban dan Ketaatan Nabi Ismail Alaihi Salam.”
Pada kesempatan itu, Ustaz Jauhar mengatakan Nabi Ibrahim memberikan teladan bahwa tidak ada kecintaan melebihan kecintaan kepada Allah Swt, kecintaan kepada pasangan, anak, harta, tahta.
“Kecintaan kepada Allah Swt ini harus diwujudkan dalam menjalankan semua ketaatan kepada perintah-perintahnya,” ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, Nabi Ismail AS juga meyakini sepenuh hati bahwa ketaatan kepada Allah Swt di atas segalanya, sekalipun harus mengorbankan jiwa dan raganya.
Khatib juga mengungkapkan hikmah dari disyariatkannya Idul Adha dan berkorban yang dapat diambil dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam menjalankan perintah Allah Swt, adalah yang pertama menjaga totalitas dalam beribadah, menjalankan syariatnya.
Totalitas dalam menaati perintah Allah dan rasulnya menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.
Kedua, menambah keyakinan dan rasa berserah diri kepada Allah Swt kepada takdir dan iradah Allah Swt.
Yang ketiga, keyakinan bahwa Allah Swt pasti mengganti harga yang kita gunakan untuk berkorban dengan yang lebih baik, lebih banyak, dan lebih berkah.