Sedangkan gelar Doktor Ilmu Manajemen Konsentrasi Strategic Management didapatkan dari Universitas Indonesia pada tahun 2009. Saat itu, dia lulus dengan Disertasi berjudul ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Sinergi: Studi Kasus Industri Semen’.
Kemudian, dalam riwayat pekerjaannya, mantan dirut Pertamina ini pernah menjadi Direktur Utama (Dirut) PT Semen Padang (2003-2005). Setelahnya, Dwi Soetjipto menjadi Direktur Utama (Dirut) PT Semen Gresik (2005-2012).
Saat menjabat Dirut PT Semen Gresik, Dwi Soetjipto meraih prestasi yang cukup memukau. Dia berhasil menjadikan PT Semen Gresik sejajar dengan BUMN besar seperti Pertamina.
Adapun, dia berhasil menjadikan kapasitas produksi Semen Gresik menjadi 26 juta ton per tahun. Raihan tersebut membuatnya mengalahkan produksi Siam Cement yang dikenal sebagai raja semen di Asia Tenggara.
Selain itu, Dwi Soetjipto juga pernah meraih penghargaan dari pemerintah berupa Satya Lencana Pembangunan di bidang pembinaan koperasi usaha kecil dan menengah (UKM). Kala itu, Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) tercatat menjadi koperasi terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah anggota 6.000 orang, dan mencatat total penjualan Rp1,4 triliun.
Pada tahun 2013, PT Semen Gresik bertransformasi menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Adapun dalam riwayatnya sebagai pimpinan PT Semen Indonesia, Dwi berhasil menyatukan Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa. Salah satu prestasinya adalah mendirikan pabrik PT Semen Indonesia di Vietnam.
Bubarkan Petral
Pada tahun 2014, Dwi Soetjipto didaulat oleh Presiden Joko Widodo sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) masa tugas 2014-2019. Dalam awal kepemimpinannya, Dwi dihadapkan tugas berat untuk memberantas mafia migas dalam tubuh Pertamina. Salah satu langkahnya adalah membubarkan anak usaha Pertamina, yaitu Petral karena disebut sebagai sarang mafia migas.
Tak hanya itu, Dwi membuat gebrakan dengan mengeluarkan produk Pertalite yang bertujuan menambah daya saing produk di level hilir. Pada Oktober 2015, Pertamina mendapat penghargaan Best Downstream Service & Solutions Company, sedangkan Dwi Soetjipto sendiri mendapat predikat Asia Best CEO dalam Oil and Gas Awards 2015 oleh majalah Internasional World Finance. Sejak Desember 2018, Dwi beralih tugas menjadi Kepala SKK Migas.
Dalam aktivitas di Ikatan Alumni ITS (IKA ITS), mantan Dirut Pertamina ini terpilih menjadi Ketua Umum PP IKA ITS sebanyak dua periode. Masing-masing pada Kongres tahun 2007 di Surabaya untuk periode 2007-2011 hingga tahun 2015 untuk periode 2015-2019.
Dibawah Dwi, SKK Migas Kejar Target 1 Juta BOPD
SKK Migas melakukan kerja yang agresif agar semua KKKS mampu menaikkan produksi minyak dan gas. Hal ini guna mengejar target produksi dan lifting 2023 dan target 1 Juta BOPD dan 12 BSCFD pada 2030.