Para CEO berkomitmen mengoptimalkan target produksi minyak dan gas di tahun 2030 dengan melakukan kegiatan-kegiatan usaha hulu migas sesuai dengan komitmen kepada pemerintah dan target 2030. Termasuk menyiapkan program kerja dan anggaran atau Work Program and Budget (WP&B) tahun 2024 secara massif, agresif dan efisien.
Di sisi lain, Bali Commitment tidak hanya berisi komitmen para CEO Kontraktor KKS, tetapi juga berisi deklarasi komitmen manajemen SKK Migas meliputi percepatan proses-proses persetujuan yang kewenangannya berada di SKK Migas, mengupayakan percepatan perolehan perizinan.
Sosok Dwi Soetjipto
Dwi Soetjipto sebelumnya dikenal sebagai pemimpin di PT Semen Indonesia dan PT Pertamina (Persero). Setelah dipercaya menahkodai SKK Migas, ia banyak melakukan perubahan besar-besaran mengenai strategi mengoptimalkan pencapaian pemenuhan migas.
Pria kelahiran Surabaya 10 November 1955 ini memiliki segudang prestasi dan karier yang cukup mentereng di berbagai tempat yang berbeda.
Sebelum memimpin Semen Indonesia, Dwi berhasil menyelesaikan konflik di tubuh PT Semen Padang. Saat memimpin PT Semen Gresik, Dwi juga meraih prestasi. Laba bersih Semen Gresik yang hanya Rp 700 miliar pada 2005 naik menjadi Rp 1 triliun hanya dalam setahun
Prestasi lain Dwi adalah mengubah persaingan antara Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa menjadi pertarungan bersama untuk melawan raja-raja semen asing yang masuk ke Indonesia. “Saya bilang kepada karyawan, ‘Kita ini BUMN, masak, kalah penjualan dengan asing?'” katanya.
Waktu itu, investor asing menguasai saham beberapa perusahaan semen nasional. Saham Indocement dikuasai Heidel Cement Group, Semen Cibinong dikuasai Holderbank Cement Swiss, dan perusahaan Prancis, Lafarge, menguasai PT Semen Andalas.
Dwi Soetjipto ternyata tak cuma andal di bidang manajemen, sosok pria berambut putih ini juga dikenal sebagai bekas atlet bela diri pencak silat!
Dalam situs alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Dwi disebut pernah menjadi juara nasional dari Perguruan Silat Perisai Diri. Dwi rupanya memilih menekuni pencak silat karena rumah orang tuanya di Surabaya berada di wilayah rawan. Karena itu, semasa kecil, ayah tiga anak ini berlatih di Perisai Diri.
Filsafat dalam ilmu silat pun diterapkan Dwi untuk menyelesaikan tugas-tugas beratnya sebagai pimpinan perusahaan pelat merah.
Melihat dari riwayat pendidikannya, Dwi Soetjipto meraih gelar Insinyur dari Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada 1980. Kemudian untuk gelar Magister Manajemen didapatnya dari Universitas Andalas pada tahun 2002.