EDITOR.ID, Jakarta,- Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY menilai politik identitas yang berlebihan di Pemilu 2019 merupakan terburuk. Menurut SBY, pemilu juga pertama kali banyak memakan korban jiwa, baik karena kekerasan maupun bukan.
Hal ini disampaikan Presiden ke enam Republik Indonesia ini saat menyampaikan menyampaikan pidato politik refleksi pergantian tahun bertajuk ‘Indonesia Tahun 2020: Peluang, Tantangan, dan Harapan’.
Memulai pidato, SBY mengulas Pilpres 2019 yang menurutnya memiliki catatan buruk dalam sejarah. Catatan itu menyinggung mengenai politik identitas di pemilu yang melebihi takarannya.
“Yang buruk, pertama kali dalam sejarah, pemilu kita diwarnai oleh politik identitas yang melebihi takarannya. Juga pertama kali terjadi banyak korban jiwa, baik karena kekerasan maupun bukan,” kata SBY.
SBY menilai tahun 2019 merupakan tahun yang penuh dinamika dan ujian. Tahun 2019, kata SBY telah memberikan pengalaman dan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia.
“Di tahun ini, rakyat kita baru saja mengikuti pemilihan umum. Banyak hal baru yang kita dapatkan, baik yang positif maupun yang negatif. Yang baik maupun yang buruk,” kata SBY.
Namun, lanjut dia, ada kabar baiknya di 2019 adalah, ketika bangsa Indonesia berada di ambang perpecahan dan bahkan benturan fisik pasca pemungutan suara, persatuan bangsa tetap terjaga dengan baik. SBY mengatakan pada akhirnya semua sadar dan terpanggil.
“Terpanggil untuk menahan diri dan tetap menjaga keutuhan kita. Alhamdulillah, mimpi buruk itu tidak terjadi. Kita memilih persatuan, bukan perpecahan,” ujarnya.
Sebab itu, SBY berharap ada evaluasi menyeluruh tentang sistem, undang-undang dan penyelenggaraan pemilu. Terutama bagi pihak pemerintah, parlemen dan penyelenggara pemilu. Tujuannya, pemilu di masa mendatang bisa berlangsung lebih baik.
Selain itu, SBY juga sempat menyinggung soal kontestasi untuk 2024. Kata SBY, Pemilihan umum yang merupakan sebuah kontestasi politik untuk sebuah kekuasaan, telah usai. Sementara, pemilu mendatang masih jauh, lima tahun lagi.
“Tak baik dan malu kepada rakyat, kalau saat ini kita memulai lagi kontestasi baru. Apalagi jika semangat dan nafsunya adalah untuk mendapatkan kekuasaan di tahun 2024,” katanya, “Mari hormati pemerintah kita, dan tentunya rakyat kita.”
Menurut SBY, Partai Demokrat berpendapat, saatnya untuk menghentikan suasana permusuhan. “Saatnya kita menghentikan politik yang membelah dan memisahkan. Saatnya pula, kita kembali membangun hubungan antar kekuatan politik yang lebih damai dan menyatukan,” katanya.