Ellyson bercerita, ketua RT lagi-lagi meminta aktivitas ibadah di rumah doa segera dihentikan. Namun saat pendeta menanyakan dasar kenapa melarang dan menutup rumah doa, ketua RT hanya bungkam.
“Saya bilang ke dia, ketidaksetujuan warga soal apanya?” tutur Ellyson dengan nada bertanya.
Pertanyaan Ellyson tidak dapat dijawab oleh ketua RT. Pihak RT dan RW tetap ingin aktivitas di rumah doa dihentikan. “Hanya penolakan, tetapi maksudnya itu tidak terlalu jauh. Pokoknya penolakan tentang pendirian rumah ibadah,” jelas Ellyson.
Namun, pendeta Ellyson tetap menolak permintaan mereka.
“(Padahal) saya sudah menyampaikan dan tekankan, kami tidak mendirikan gereja. Kami hanya kontrak di rumah itu, hanya sementara. Pekerjaan saya adalah pendeta. Setiap Sabtu dan Minggu, wajib saya ibadah,” imbuh dia.
Sudah Pernah Intimidasi
Tak hanya itu, Ellyson juga mengaku pernah diintimidasi sebelumnya. “Pertama saya dipanggil di bulan Mei. Dipanggil oleh RT, RW. Di situ ada pemilik rumah, saya, dan juga ibu pendeta,” jelas Ellyson.
Dalam pertemuan itu, Ellyson diminta menjelaskan perihal aktivitas dia dan jemaatnya di rumah doa tersebut.
Ellyson kemudian menuturkan, rumah doa adalah rumah yang ia kontrak untuk beribadah. Rumah itu tidak dialihfungsikan sebagai gereja.
Di rumah itu, Ellyson memberikan pendidikan agama untuk anak-anak yang di sekolahnya tidak dilengkapi pelajaran Agama Kristen.
“Saya jelaskan secara terperinci dan akurat. Rumah doa sifatnya hanya berdoa saja setiap Minggu di situ dan tidak mendirikan gereja,” kata Ellyson.
Penjelasan Ellyson tak digubris. Pihak RT dan RW tetap ingin aktivitas rumah doa dihentikan. Namun, pendeta tak mau.
Ellyson kemudian bertanya, jika umat tidak boleh beribadah seminggu sekali, berapa kali ibadah di sana boleh dilaksanakan dalam satu bulan.
Namun, pihak RT dan RW tak memberi jawaban. Pengurus RT dan RW menyatakan hanya ingin aktivitas di rumah doa dihentikan. (tim)