“Bukan penghargaannya yang penting, tapi tujuannya bagaimana membangun Kota Surabaya,” tutur Risma.
Kalau tidak ada kebersamaan banyak pihak, lanjut dia, maka mustahil bisa membangun Surabaya seperti selama ini. “Kami selalu bergandengan dengan tokoh agama, alim ulama, tokoh masyarakat, kader lingkungan, TNI, Polri dan banyak pihak lainnya,” tandas Risma.
Deklarasi ini juga dihadiri Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, Ketua DPC PDIP Kota Surabaya Adi Sutarwijono, dan Sekretaris DPC Baktiono. Dalam deklarasi, Eri Cahyadi mengaku sudah mengundurkan diri sebagai Ketua Bappeko Surabaya.
“Jadi saya sampaikan bahwa hari ini, saya sudah melakukan pengunduran diri. Berarti secara otomatis saya juga mulai tidak berkantor. Kalau toh nanti ketika nanti sudah selesai, pengunduran diri itu, ketika itu maka kami dicalonkan oleh PDIP, maka kami menjadi bagian dari Partai PDIP,” pungkas Eri.
Mengamuk
Kebahagiaan yang saat ini dirasakan pasangan Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota Eri Cahyadi-Armuji tidak sepenuhnya membahagiakan keluarga kader PDI Perjuangan.
Sebagian besar loyalis PDIP yang mendukung Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana bakal direkomendasikan PDIP menggantikan Tri Rismaharini di Kota Surabaya mengamuk.
Para kader pendukung Wishnu Sakti Buana ini tidak terima atas keputusan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP yang menginginkan Whisnu Sakti Buana yang dimajukan sebagai Cawali Surabaya. Mereka pun mengamuk melampiaskan kemarahan dengan kata-kata kecewa berat.
Banyak pendukung Whisnu mengamuk, marah, dan menangis. Mereka tampak kecewa setelah DPP PDI Perjuangan (PDIP) menjatuhkan rekomendasi untuk Pilkada Surabaya kepada Eri Cahyadi dan Armuji. Beberapa perempuan pun sempat berkoar-koar di halaman Kantor DPD PDIP Jatim.
Bahkan ada yang jatuh pingsan karena belum siap menghadapi kenyataan politik. Kader yang jatuh pingsan langsung digotong oleh rekan-rekannya.
Kejadian ini bermula saat seorang perempuan memakai atribut bertuliskan “WS”. Dia tampak duduk di kursi kemudian memotret rekan-rekannya yang sedang duduk lesu di halaman Kantor DPD PDIP Jatim. Salah satu dari massa itu pun tidak terima, dia menuduh temannya adalah mata-mata Eri Cahyadi.
Kekacauan kecil pun terjadi. Seorang perempuan beratribut WS melontarkan kata-kata dengan nada tinggi. Mereka menegaskan tidak terima dengan keputusan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Alasannya, Eri bukan kader PDIP. Sedangkan Armuji sudah mundur dari penjaringan.
“Kami banteng, bukan celeng! Sangat kecewa. Eri bukan PDIP. Armuji sudah mundur kenapa jadi wakil?” tegas salah seorang simpatisan WS.