Sunan Bungkul memiliki nama lain yakni Empu Supo atau Ki ageng Supo. Ia adalah seorang putra dari Tumenggung Supodriyo, seorang pembesar dari Kerajaan Majapahit.
Setelah mendapat hidayah dan memeluk Islam, Sunan Bungkul mengganti namanya menjadi Ki Ageng Mahmuddin atau Syekh Mahmuddin diperkirakan beliau lahir pada awal tahun 1400 an.
Sunan Bungkul diperkirakan wafat sekitar tahun 1481 M dan dimakamkan di daerah bungkul Surabaya.
Risma menjelaskan informasi mengenai keturunannya berasal dari kiai Sholeh Qosim. Ia menceritakan saat menjabat sebagai kepala Dinas Pertamanan Pemkot Surabaya beberapa tahun lalu, ia menerima surat dari kiai Sholeh Qosim yang meminta agar makam Mbah Bungkul dibenahi.
“Dahulu saya mendapatkan surat dari kiai Sholeh Qosim, tetapi beliau sudah meninggal. Surat itu meminta saya untuk membersihkan makam Mbah Bungkul,” ujar Risma.
Risma mengakui pada saat itu ia tidak dapat memenuhi permintaan tersebut karena anggaran yang tidak memadai.
Menurut informasi yang diterimanya, hanya keturunan Mbah Bungkul yang dapat membenahi makam tersebut. Risma kemudian bertanya kepada sang kiai mengenai siapa keturunan Mbah Bungkul, dan kiai tersebut menyebutkan dirinya adalah keturunan tersebut.
“Karena hanya keturunan Mbah Bungkul yang bisa memperbaiki makamnya. Ketika saya bertanya siapa keturunan Mbah Bungkul, kiai itu mengatakan saya,” ungkap Risma.
Risma mengaku terkejut dan awalnya tidak percaya. Namun, setelah mendapatkan konfirmasi dari beberapa kiai, ia menyadari adalah keturunan Mbah Bungkul.
“Ketika saya disarankan untuk maju sebagai bakal calon gubernur, saya diminta untuk nyekar ke makam Sunan Bungkul sebelum mendaftar ke KPU Jatim karena beliau adalah leluhur saya,” ujar Risma. (tim)
