EDITOR.ID ? Jombang, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menghadiri agenda Seminar Nasional yang diadakan oleh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang pada Selasa (9/11/2021).
Seminar tersebut mengangkat tema bertajuk “Refleksi Sejarah Resolusi Jihad Untuk Kaum Muda Millenial”. Turut hadir menjadi pemateri diantaranya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Salahuddin Uno, Mohammad Anang Firdaus, Rijal Muzammiq, serta Irfan Asy’ari Sudirman (Gus Ipang).
Dalam paparannya sebagai salah satu narasumber, Emil, sapaan akrabnya menyebut Ponpes Tebuireng merupakan pondok bersejarah yang menghadirkan banyak tokoh inspiratif di dalamnya dalam sejarah bangsa Indonesia.
“Kita mengawali dengan membangkitkan semangat Hari Santri, para santri disini harus bersyukur menjadi bagian dari tempat yang bersejarah ini, sejarah tidak bisa dibeli dengan apapun dan dengan harga berapapun, ini ada di Ponpes Tebuireng,” ucap Emil.
Berkaca pada era saat ini, Emil mengatakan tantangan yang dihadapi saat ini dengan dahulu sangat berbeda.
“Perjuangan dan keberanian para Santri yang turut andil dalam melawan penjajah merupakan suatu hal yang luar biasa, namun tentunya tantangan yang dihadapi saat ini sangat berbeda,” katanya.
Ia pun menekankan bahwa nilai-nilai kesantrian wajid di implementasikan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar mampu menjawab tantangan di era sekarang.
“Salah satu yang paling dekat jika berbicara millenial adalah ‘takut’, tapi ada nilai yang membuat mereka tidak takut yakni menjadi santri seutuhnya,” tuturnya.
“Esensi menjadi santri bukan hanya apa yang dipelajari dan dijalani, itu adalah proses pembentukan yang akhirnya menghasilkan generasi yang tangguh, berani dan tidak takut jika menghadapi sesuatu asalkan memperjuangkan nilai,” pungkasnya.
Lanjutnya, Emil berharap agar kaum millenial khususnya santri untuk dapat pula menjaga serta memperkuat nilai-nilai kebangsaan yang saat ini mudah luntur oleh adanya perbedaan.
“Bung Karno mengatakan Indonesia bukan sekedar entitas geografis dari Sabang sampai Merauke, tapi adalah sebuah konsepsi, sebuah bukti kepada dunia bahwa ada tujuan besar yang kita mau lakukan, satu tujuan bahwa kalau kita bersama-sama maka masyarakat akan hidup dalam tatanan yang lebih baik dibandingkan apabila kita dibawah jajahan negara asing,” tegas Emil.
“Pada saat ngomong ‘Hubbul Wathon Minal Iman’, kenapa ada wathonnya, ada bangsanya, Indonesia harus menjadi satu bangsa karena kita mencontohkan kepada dunia bahwa kita satu bangsa meskipun ada banyak perbedaan,” pungkasnya.