Sebab, pernyataan itu bisa disalah pahami oleh publik. “Saya tentu perlu merespons saat itu karena tugas jurnalis, kan, menjernihkan apa yang mungkin masih abu-abu. Makanya saya katakan bahwa profesi jurnalis itu membanggakan,” ucapnya.
Najwa berharap masyarakat memahami apa yang menjadi isi pembicaraan dalam program tersebut. Serta, tidak berpolemik dengan adanya informasi yang tidak lengkap dan tidak jelas konteksnya.
“Saya senang dengan antusiasme publik terhadap berbagai isi dialog kemarin, tapi juga berharap publik jangan terjebak hanya fokus ke potongan-potongan detil dan kontroversial dari percakapan. Tapi sesuai tujuan awal acara ini diadakan, bisa melihat secara utuh gagasan -gagasan atau visi programatik dari tiap bacapres,” papar Najwa.
“Yang penting kita semua sepakat, tiap profesi, baik jurnalis, MC, politikus, guru dan dosen, juga profesi lain, punya peran pentingnya masing-masing. Dan di tiap-tiap profesi, sangat dibutuhkan orang-orang terbaik,” ujar Najwa.
Najwa Shihab bongkar kelemahan Bacapres Pilpres 2024, Prabowo Subianto
Bacapres dari Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto menjadi sorotan, usai tampil di acara 3 Bacapres Bicara Gagasan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (19/8).
Ia menjadi Bacapres terakhir yang menyampaikan gagasannya.
Salah satu segmen acara saat Najwa Shihab sebagai moderator meminta para bacapres untuk refleksi diri di depan cermin besar.
Anies Baswedan mengikuti instruksi dengan bercerita tentang pesan senada yang disampaikan oleh ibunya.
Pun demikian Ganjar Pranowo, yang mengingatkan dirinya atas pesan mendiang orang tua agar melaksanakan amanat dengan baik dan tidak korupsi.
Sedangkan Prabowo justru berbincara dengan membelakangi cermin.
Ketua Umum Partai Gerindra itu hanya memberikan gestur hormat ketika berdiri di hadapan cermin besar yang sudah disediakan.
Gestur prabowo itu pun disorot.
Psikolog Hanna Rahmi menilai, sikap Prabowo tersebut menunjukkan kecenderungan penyangkalan atau istilah umumnya, denial.
Ketika melihat pantulan diri, lanjut Hanna, bacapres Prabowo punya ketakutan gagal seperti sebelumnya.
“Kita lihat kalau dari beberapakali kegagalannya gitu, ada kecenderungannya untuk denial,” ucap Hanna Akademisi di Universitas Bhayangkara ini mengatakan, sikap penyangkalan itu muncul lantaran kegagalannya di masa lalu sehingga khawatir dikesankan mengkhayal terlalu tinggi atau halu.
“Jadi kekhawatiran dia untuk dikatakan gagal.
Jadi kalau misalnya gagal dia gak kepengin melihat apa yang menjadi faktor kegagalanku, nah itu ada yang kecenderungannya seperti itu,” kata dia.